Prelude :
Akhir-akhir
ini saya sedang sibuk. Pekerjaan menumpuk, bolak-balik lintas kota, dan
juga sering malas ngetik. Sekarang ini saya hanya ingin bercerita
tentang kelahiran anak kami yang pertama. Selamat membaca.
#Jumat,
2 Oktober 2015
Jumat
siang, saya meluncur dari Ungaran untuk menuju Ngawi. Sudah sekitar setengah
bulan ini Tika berada di Ngawi bersama orang tuanya. Untuk persiapan
melahirkan. Di usia kehamilannya yang sudah 9 bulan, ia memilih untuk dekat dengan
orang tua. Maklum sih, disini hanya ada saya dan Tika. Jika sewaktu-waktu butuh
pertolongan untuk melahirkan tentu repot. Apalagi, kami juga baru ini akan
memiliki anak.
Sesampainya
di Ngawi, Tika ternyata pulang dari periksa kehamilan di salah seorang dokter
disana. Oleh si dokter X, Tika disarankan untuk segera periksa ke rumah sakit
karena air ketubannya berkurang. Saya heran, karena selama ini setahu saya
kehamilannya sehat-sehat saja. Dan lancar tentu saja.
#Sabtu,
3 Oktober 2015
Orang
tua Tika memang sudah mempersiapkan kebutuhan untuk persalinannya jauh-jauh
hari. Sudah di winrar atau di packing. Tinggal angkut saja. Sabtu pagi ini
setelah mengepak barang-barang ke dalam panther, bapak, ibuk, Tika dan saya
meluncur ke RS. Dr. Soeroto, Ngawi. Pagi itu, kami tidak bisa langsung
dilayani. Harus menunggu agak siang karena kami pasien non reguler. Setelah
menunggu beberapa waktu, akhirnya Tika diperiksa di poli kandungan. Benar saja,
ia dinyatakan sehat. Kandungannya sehat, bayinya juga sehat.
RSUD dr. Soeroto, Ngawi.Credit : kampoengngawi.com |
#Senin,4
Oktober 2015
Senin
ini, berdasarkan rekomendasi dari dokter di rumah sakit, Tika harus kembali
diperiksa. Tetapi karena terlalu pagi, begitu sampai di RS, kami masih harus
menunggu. Ohya, kami menjadi pasien non reguler karena ingin menggunakan BPJS.
Karena BPJS kami beralamat di Ungaran, maka Tika dianggap sebagai pasien
darurat supaya tidak butuh rujukan dari alamat kami. Sembari membunuh waktu,
kami memutuskan untuk makan bakso granat di Jl.A.Yani. Kemudian pulang. Tidak
lama kami beristirahat dirumah karena sehabis dhuhur kami langsung berangkat
lagi ke rumah sakit.
Begitu
sampai, Tika langsung masuk ruang ponek. Entah apa maksudnya ruang tersebut.
Tetapi hasi observasi kecil-kecilan saya, ruang itu merupakan ruang darurat ibu
hamil. Duh, ternyata Tika langsung diinfus x_x. Padahal saya belum menyiapkan
mental. Saya pun langsung berdoa tatkala pintu ruang ponek ditutup mbok misal
Tika melahirkan disana. Saya pun cemas beberapa saat hingga akhirnya perawat
mengijinkan saya masuk. Oalah ternyata Tika sedianya akan dipindah ke ruang
isolasi yang berada di bangsal Wijayakusuma Lantai II. Tapi harus menuggu kursi
roda yang datang beberapa saat kemudian. Saat itu Tika sudah memakai jarik dan
saya membantu mendorong kursi rodanya.
Ruang
isolasi itu berada di sebelah ruang persalinan. Sebuah kamar dengan dua bed
dengan kamar mandi dalam dan AC. Praktis mulai saat itu Tika langsung diinfus
dan saya harus menunggunya. Ealah, ternyata Tika langsung opname hari ini :(.
Dalam hati, saya merasa keheranan. Karena sebenarnya Tika dan kandungannya
sehat-sehat saja. Hari perkiraan lahir memang sudah mendekati, sih. Dan tidak
ada indikasi Tika akan melahirkan dalam waktu dekat. Saya pun bingung. Tika
juga. Beberapa perawat mengecek kondisi jantung bayi dan dinyatakan sehat dari
waktu ke waktu. Sore itu saya menemani Tika hingga malam. Sore hingga pagi
harinya kami ditemani oleh Mas Agus, Mbak Lia dan Ezzar.
#Selasa,6
Oktober 2015
Selasa
pagi, saya terbangun dan setelah shalat subuh buru-buru mencari sarapan dan air
panas di depan rumah sakit. Rasa-rasanya kami dibawakan berbagai snack,
minuman, kopi, dan lain-lain. Tapi karena saya galau, saya nggak semangat untuk
makan. Pagi itu, setelah pemeriksaan rutin, Tika dipindah ke ruang persalinan.
Mungkin lebih tepatnya ruang persiapan persalinan dimana ada sekitar sepuluh
orang ibu hamil terbaring disana. Ada yang sudah melahirkan, ada yang
meraung-raung kesakitan, ada yang kesumukan. Kami termasuk yang terakhir karena
memang sumuk.
Bidan
perawat memberitahu saya bahwa hari itu Tika akan diberi obat pacu yang
diistilahkan dengan induksi. Supaya lekas pembukaan. Sebenarnya saya tidak
seratus persen setuju. Karena bisa saja kami menunggu hingga satu dua minggu ke
depan karena memang HPLnya jatuh di hari ini. Tetapi mereka menggunakan rujukan
indikasi dari dokter X yang sebenarnya tidak terbukti valid itu. Tetapi, jika
menunggu persalinan normal, artinya kami tidak berhak menggunakan BPJS di Rumah
Sakit. Karena BPJS persalinan normal hanya dilayani di bidan tingkat pertama
atau rumah sakit. Itupun saya mesti mengurus rujukan ke Ungaran. Dan jika
proses induksi, maka BPJS nya bisa langsung digunakan. Lagipula, kami sudah
masuk melalui pintu darurat sehingga yang terbaik memang mengikuti saran bidan
atau dokter disana.
Sepanjang
jam 8 hingga jam 1 siang, Tika sudah diinduksi dua kali. Cairan tersebut
dimasukkan melalui infus. Kelihatannya dia sangat kesakitan :(. Kabar buruknya,
tidak ada perkembangan berarti. Hanya proses pembukaan satu saja. Akhirnya jam
satu siang, berdasar kesepakatan Mbak Yan (bidan yang juga tetangga kami di
Ngawi) dan Bapak juga saya, dan Tika tentunya, Tika akan dioperasi sesar.
Kelihatannya itu yang terbaik. Karena sudah terlanjur diberikan obat pacu,
kasihan si bayi jika tidak segera dikeluarkan.
Pukul
dua siang, Tika sudah persiapan. Kebetulan dokter operasinya siap esuk pagi.
Tetapi ada dokter jaga yang berpengalaman siap membantu. Kalau tidak salah
namanya Charles. Akhirnya kami deg-degan. Tika dibawa ke ruang operasi dengan
kursi roda. Mendekati pukul tiga sore Tika masuk ruangan dan saya menunggunya
diluar ruang operasi. Karena saya kira akan lama, akhirnya saya tinggal shalat
asar sekitar pukul tiga. Sepulang dari masjid, saya kembali ke ruang operasi
dan dibilangi seseorang bahwa anak saya sudah lahir dan dibawa bapak ke ruang
bayi. Saya pun cemas dan gembira. Saya segera berlari-lari kecil menuju ke
ruang bayi. Benar saja, bapak mertua saya tampak sumringah dan menyodorkan foto
bayi kami yang sedang menangis. ″sudah tak adzani″ kata bapak.
Dayu, beberapa menit setelah di lahirkan. Foto oleh Bapak |
Saya
pun langsung masuk ke ruang bayi dan dipersilakan mengurus administrasi
pendaftaran bayi terlebih dahulu. Tidak lama kemudian, saya diberikan jaket
hijau khusus untuk masuk ruang bayi yang berisi puluhan bayi itu. Bayi saya
berada dibawah lampu kuning. Dia menangis.. Subhanallah, dia tampak cantik
sekali. Perawat memperlihatkan kepada saya, bahwa bayi saya lahir tanpa kurang
suatu apapun dan berjenis kelamin perempuan. Alhamdulillah.. Saya pun menitikkan
air mata haru.
Saya
tidak diperbolehkan lama-lama disana. Sekitar empat menit saja. Selanjutnya saya
menunggu Tika di ruang operasi. Dia sudah dipindah di ruang pemulihan. Melalui celah
di jendela, saya lihat dia terbaring lemas dengan pernafasan yang dibantu
oksigen. Ketika saya panggil, ia hanya menoleh tanpa ekspresi. Ah, mungkin ia
belum pulih seratus persen. Saya menunggui Tika disana bersama beberapa kerabat
hingga pukul setengah sepuluh malam. Selama itu pula saya harus wira-wiri ke
apotek dan laboratorium untuk pemeriksaan darah dan penggantian obat.
″keluarga
ibu Sartika..″
Begitu
suara perawat yang memberitahu saya bahwa Tika siap untuk dibawa ke ruang
perawatan normal. Kebetulan beberapa ruang di Rumah Sakit sedang dalam
perbaikan. Akhirnya kami mengajukan naik kelas ke kelas satu. Disana sebuah
ruangan dengan dua bed pasien tersekat dengan tembok alumunium. Tika tampak
masih lemas dan sedikit menahan sakit. Ia saya ceritain bahwa bayi kami sehat. Perempuan,
nangis, dan ada rambutnya. Hehe.. Saya memberi tahu dia bahwa bayi sehat dan
berada diruang bayi hingga satu dua hari ke depan. Sembari menunggu Tika pulih.
Malam itu, Tika direkomendasikan untuk pelan-pelan belajar berbaring miring. Pada
hari hari selanjutnya, Tika sudah harus bisa duduk, berjalan pelan, dan bisa
pipis. Alhamdulillah proses-proses tersebut bisa dilalui dengan lancar.
#Rabu,
7 Oktober 2015
Sepanjang
sore hingga malam dan seterusnya dari hari kelahiran bayi, kami dibantu Mak Nem.
Ia yang standby untuk menyiapkan susu setiap dua jam sekali. Susu itu untuk
diberikan kepada perawat bayi diruang bayi. Dan perawat lah yang akan menyuapi
bayi-bayi itu dengan sendok kecil. Mak Nem juga membantu kami untuk mengurus
bayi dari memandikan hingga memakaikan baju. Ohya, karena Tika melahirkan lewat
sesar, ia tidak bisa melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Sehingga dalam
dua hari pertama bayi kami lahir, ia diberikan susu formula. Agak kecewa sih,
sebenarnya..
Hari
itu, saya mengurus klaim BPJS untuk bayi kami. Meski BPJS kami beralamat di
Ungaran, kami bisa mendaftarkan bayi kami ke kantor BPJS setempat. Syaratnya surat
keterangan lahir dari rumah sakit ditambah dengan surat keterangan lahir dari
desa atau kelurahan. (untuk yang satu ini Tika dianggap berdomisili di Ngawi sementara
waktu). Selain itu tentu saja beberapa
fotokopi Askes atau BPJS, KTP, dan KK saya dan Tika. BPJS setempat
mengeluarkan kartu BPJS sementara berlaku tiga bulan dan harus diperbarui
sesuai dengan tempat tinggal kami. Berkas-berkas tersebut jika sudah siap
tinggal dimasukkan ke administratornya di ruang bayi. Klaim tersebut berguna
untuk menjamin biaya perawatan bayi kami selama di rumah sakit.
#Kamis,
8 Oktober 2015
Hari
Kamis ini, saya masuk kantor karena ada beberapa kerjaan yang harus saya
selesaikan. Pagi jam tiga saya berangkat dari Ngawi ke Ungaran, dan jam empat
sore kemudian, saya langsung pulang ke Ngawi dan sampai sana jam sepuluh malam.
Alhamdulillah, bayi kami sudah diperbolehkan berada diruangan bersama Tika. Dia
dibedong warna hijau dan tampak tenang.
Dayu, keluar dari ruang bayi |
Malam
itu saya merasa lelah sekali. Beberapa saat setelah tidur, saya mendengar suara
tangisan bayi. Dalam hati saya berkata, bayi siapaaa ini nangis malam-malam. Eh
saya terperanjat kemudian baru nyadar jika itu suara bayi saya. Saya melihat
mukanya sedikit kekuningan. Rupanya dia haus. Sebagai ayah pemula, saya masih
bingung harus berbuat apa. Nggendong saja saya masih takut. Kemudian oleh Mak
Nem si bayi dibuatkan susu dan diminumkan. Setelah itu, jika dia nangis lagi
saya sudah sadar harus berbuat apa.
#Jumat,9
Oktober 2015
Alhamdulillah.
Hari ini Tika dan bayi boleh pulang dari rumah sakit. Tika juga tampak sehat
ceria dengan gaun warna biru. Bayi kami juga sehat dan cantik. Karena waktu
mengurus administrasi mepet dengan waktu jumatan, akhirnya kami tunda
kepulangan kami setelah jumatan. Untuk informasi, saya hanya mengeluarkan
delapan ratus ribu rupiah untuk biaya pindah kelas dari kelas II ke kelas I.
Selain itu memang ada beberapa penggantian obat yang tidak terkover BPJS tetapi
hanya sedikit saja. Mungkin jika ditotal sekitar seratus ribu. Disamping biaya-biaya
tadi, hanya biaya pendukung fotokopi berkas-berkas, makan minum, dan lain-lain.
Sebelum pulang, saya dan Tika juga diberikan penyuluhan singkat oleh bidan
bagaimana cara mengurus ibu nifas dan bayi baru lahir. Bidan tersebut ternyata
mengaku familier dengan saya. Saya pun begitu. Entah :D
Demikianlah
cerita tentang kelahiran anak kami pertama yang kami beri nama Dayu Anjani
Anwar. Semoga kamu sehat selalu ya, nak. We love you..
melu seneng.. insyAllah sholehah..
ReplyDeleteamiin tursuwun
DeleteSaya sangat terharu membaca cerita anda sod..semoga nak dayu anjani menjadi anak yang sholehah, berbakti, sayang dan patuh pada orang tua, menjadi kebanggaan orang tua..Aaamiin.. salam TRB
ReplyDeleteTerimakasih sod bro. Amin amin :D
Deleteselamat... congrats... lahir oktober? asik.. salah satu bulan yang paling banyak menampung kelahiran bayi
ReplyDeleteteorimu terbukti kan, Jev!
Deletemirip akuh mas hamidddddd
ReplyDeleteahhhh mosok to prel
ReplyDelete