Sekitar tiga bulan lalu, saya bersama komunitas tercinta Kota Toea Magelang (KTM)
mengadakan jelajah spoor #4 yang merupakan kegiatan semi olahraga yaitu
trekking antara Stasiun Bedono hingga Stasiun Ambarawa. Dalam perjalanan trekking empat jam tersebut kami melewati jalur-jalur gerigi yang legendaris dan
jalur-jalur ekstrim yang kami lewati sejenak mengingatkan kami pada sosok Ho Tjong An. Siapa dia?
Dibawah
ini telah saya ketik ulang dengan penyesuaian ejaan, sebuah artikel dari Surat
Kabar Sin Po edisi tahun 1919 yang akan menyibak kehidupan sang pemborong
beberapa jalur kereta kuno di Jawa. Salah satunya jalur antara Ambarawa –
Secang yang kami trekkingi tersebut. Selain menguraikan berbagai kisah proyek
kereta api, artikel berikut bagi saya juga sangat menginspirasi. Ho Tjong An
mengajarkan kepada kita bahwa dengan semangat bekerja, maka akan tercapai
sebuah kesuksesan. Dalam bekerja, kita akan berhadapan dengan banyak hal. Sikapilah
dengan bijak dan cerdas. Juga, jangan lupa berbuat baik terhadap lingkungan dan
sesama manusia. penasaran?
Satu Aannemer Kreta Api
Tionghoa
Oleh : Liok An Tjoe
Tuan Ho Tjong An alias Kwik
Tjong An ada satu antara penduduk Temanggung yang termasuk suda berusia tinggi,
sekarang 78 taon. Tetapi di dalem ini usia ia masi urus sendiri ia punya Toko
Besi Thay Thjiang di sabelah pasar, dibantu oleh brapa penggawenya.
Jika jam 8 sore toko suda
tutup, tuan Ho itung pendapetan dari penjualan itu hari, masukan buku, balesin
surat-surat atawa minta pesen barang. Ini semua pekerjaan ia tanganin sendiri,
maka kadangkali sampe tengah malem semua urusan baru rampung, en tuh pagi-pagi
orang ketemuken ia suda bangun.
Ia ada mempunyai kesukaan
bekerja, kesehatannya masi bagus sekali, malah tidak jarang ia pergi ke desa
sendiri buat beli tembako atawa lagi pinjeman.
Tatkala baru ini saya dateng di
Temanggung dan kunjungin tuan Ho Tjong An, saya ketemuken ia sedang hadepin
meja tulisnya sembari baca Sin Po Chinnese Editie, yang itu pagi ia baru
terima.
Sebagai umumnya Tionghoa totok,
Tuan Ho ada taro banyak perhatian pada nasibnya kita punya tanah air di ini
ketika. Yang membikin saya heran di dalem itu usia ia masi bisa membaca surat
kabar dengan tanpa gunakan kacamata! Suaranya masi teges betul dan seorang yang
senantiasa gembira dan hangat. Ia ada satu all round auto didact atawa seorang
yang didalem segala hal bisa bekerja sendiri tergolong orang-orang luar biasa.
Mari disini saya tuturkan ia
punya hikayat buat menjadi satu kaca bahwa kapercayaan pada diri sendiri,
kejujuran dan keuletan ada ambil bagian penting didalam orang punya nasib.
Mengembara
ke Semarang
Tuan Ho Tjong An terlahir di
Tungkwan, Canton pada taon 1841. Waktu ia berumur 7 taon ayahnya meninggal maka
ia lantas ikut pada Boo-kunya. Sesuda brangkat besar, ia membantu lakuken
pakerjaan tani pada itu famili. Berhubung dengan banyaknya pekerjaan yang mesti
diurus, tuan Ho melaenkan bisa kunjungin rumah sekola brapa bulan saja. Cuma
kapan ada sempet ia minta sobat-sobatnya yang mengerti tulis kasi ajar.
Ia bantuin familinya bekerja
sampe berusia 27 taon. Kemudian ia terbit ingetan akan mengembara ke laen
negri. Begitulah dengan seorang diri ia menuju ke Semarang, dimana ia lantas
bekerja pada satu mebelmaker sebagai tukang kayu. Ia bekerja dengan sunggu
hati, maka bosnya merasa senang atas pekerjaannya.
Tuan Ho gunakan motto Djin Boe
Sin Poet Lip. Atawa jika orang tida dapetkan kapercayaan tida akan bisa
berdiri. Kapan berjanji pada orang didalem segala hal, ia tida pernah patah
janji atawa mangkir, maka orang-orang yang berurusan padanya merasa puas.
Kapercayaan yang ia dapet dari
bosnya bertambah lama bertambah besar. Sesuda merasa punyaken tenaga berdiri
sendiri, Tuan Ho lantas buka mebelmakerij. Lantaran tabiatnya yang jujur, cepet
sekali ia dapetkan banyak langganan, diantara merika itu sebagian ada
orang-orang Eropean.
Sesuda berdiam di Semarang
brapa taon lamanya ia lantas menikah pada satu nona dari family Kang di Kebon
Cina. Lambat laun, perusahaannya Tuan Ho Tjong An bertambah besar. Lalu ia
luaskan pakerjaannya dengan lakuken pemborongan pendirian rumah-rumah di Kota
Semarang. Pekerjaan ini ada menyenangken juga hasilnya. Sementara orang-orang
yang berurusan padanya pun merasa puas.
Bekerja
Buat Irigasi dan Dikunjungin Perampok
Sebelon Tuan Ho Tjong An
bertindak di kalangan pekerjaan lebih besar yaitu ia lakuken pekerjaan aannemer
(pemborong) jalanan kreta api, lebih dulu ia pegang pemborongan irrigasi di
bilangan Demak dalem taon 1897. Satu taon lamanya pekerjaan ini ia pegang
dengan kesudahan yang memuaskan pada pembesar yang tersangkut. Maka tatkala di
bilangan Bojonegoro kembali dilakuken pekerjaan untuk bikin waduk-waduk dan
pintu-pintu air oleh ahli irrigasi ia diwajibkan urus lagi itu usaha.
Pekerjaan ini kali ada lebih
besar dari yang duluan maka kuli-kuli yang dipake sampe sejumlah lima ratus. Supaya
bisa lakukan penilikan dengan betul, Tuan Ho sewa satu rumah di Desa Bulun
dimana ia tinggal berlima terdiri dari mereka yang masi bersangkutan family dan
jadi pembantu-pembantunya. Kadang-kadang saja ia kembali ke Semarang buat urus
pekerjaan-pekerjaan lain. Tuan Ho Tjong An bilang buat bisa urus pekerjaan
besar, ada perlu dengan bantuannya orang-orang yang kita boleh andelkan dan
setia, kerna tenaganya satu orang niscaya tida bisa tilik seantero jurusan.
Pada itu jaman dimana
perhubungan jalan masi sukar sementara perkara perampokan pun sering terjadi
ada perlu sekali orang berlaku ati-ati terutama jika mengenakan urusan uang. Lantaran
amat berabe, kapan mesti bawa peti besi dari Semarang ke bilangan Bojonegoro
apalagi satu waktu tempat tinggal itu pun mesti pindah pula ke desa yang lebih
deket dimana ia harus urus pekerjaannya. Maka sebagai tempat simpan uang Tuan
Ho gali satu lubang di bagian atasnya ditutup oleh balai-balai tempat tidur.
Buat tempat simpen uang tembaga dan sedikit uang perak ada ditaro di dalem satu
peti kayu, yang diletakken di samping tempat tidur.
Pada satu malem pondoknya Tuan
Ho telah disatronin ileh kawanan perampok yang terdiri dari 13 orang,
dikepalaken oleh satu haji. Mereka dateng dengan bawa macem-macem senjata dan
mengancem akan gunakan kekerasan jika tida dikasi uang. Ia orang mengerti bahwa
di dalem pondok itu ada disimpen banyak duit. Dengan sabar Tuan Ho bilang bahwa
ia melaenkan satu penggawe saja, Tawken (bos) nya sedang pergi ke Semarang.
Maka itu malem di situ tida ada banyak uang. Ia unjuk itu peti kayu dan
silahken ambil.
Ini peti yang terisi uang
tembaga dan sedikit uang perak mestinya aken dipake bayaran kuli besok paginya
mempunyai jumlah f 150. Lalu diangkut. Besoknya Tuang Ho laporken ini kejadian
pada polisi. Atas kecakepannya polisi di Bojonegoro itu kawanan perampokan tida
lama dapet dibekuk. Pengadilan lanraad di itu tempat telah hukum pemuka dari
itu kawanan lima taon lamanya, yang laen-laen dari satu sampe dua taon.
Pekerjaan itu tatkala ampir selese,
Tuan Ho suda pegang pula pekerjaan bikin jembatan-jembatan di Solo-vallel.
Lebih luas dan lebih besar pula pekerjaan yang ia urus belakangan ini. Tetapi
seperti yang suda kejadian, pun ini kewajiban ia suda lakuken dengan betul dan
memuaskan para pembesar yang tersangkut.
Jadi
Aannemer Kreta Api
Pada taon 1899 buat pertama
kali Tuan Ho Tjong An trima pekerjaan borong pekerjaan buka tanah untuk jalanan
kreta api yang itu tempo mau dipasang oleh S.J.S jurusan Rembang – Blora –
Cepu. Bagian jurusan Blora – Cepu Tuan Ho pegang buat harga f 50.000. Kuli yang
dipake setiap harinya ada di bates antara 1500 sampe 2000 orang. Kemudian
diteruskan pula antara Blora – Rembang buat harga f 45.000. Pekerjaan buka
jalanan kreta api ini ada jau lebih sukar dari pekerjaan irrigasi, sebab mesti
buka-buka utan-utan dan kadang-kadang kebentrok dengan kepercayaan-kepercayaan
dari penduduk pribumi, seperti batu-batu besar yang dianggep angker, pohon
pohon yang di percaya ada menjadi tempat kediamannya setan dan laen-laen lagi.
Ia tida boleh menantangin itu
kepercayaan, sebab kapan demikian ada kans kuli-kuli itu tida mau bekerja,
lantaran takut. Maka ia pun kudu ikutin itu kepercayaan, yang bikin slametan,
sedekah dan laen-laen lagi. Kadangkali menanggap wayang, agar kuli-kuli tida
sangsi pula dan percaya itu penunggu-penunggu utan atawa setan-setan suda
diusir pergi tida bakal mengganggu mereka pula. Buat bikin slametan dan
laen-laen keperluan lagi, satu waktu menelan onkost sampe beberapa puluh
rupiah, sebab mesti potong kerbo, kambing, ayam, dan laen-laen lagi, untuk kasi
makan pada itu ratusan kuli. Tetapi Tuan Ho tida mau pandang itu onkost
kecil-kecil, ia turutin kepercayaan mereka agar pekerjaannya tida jadi
terhalang.
Begitu pekerjaan itu selese
Tuan Ho suda borong pula pekerjaan membuka jalanan kreta api antara Willem I –
Secang dan Secang – Parakan. Grendverzet ada 143.000 m3. Pekerjaan ini ada amat
luas, maka Tuan Ho merasa perlu buat pindaken rumah tangganya ke Temanggung,
dimana ia tinggal sampe sekarang ini. Tetapi pada jaman itu belon ada kreta api
yang hubungkan Semarang dan daerah Kedu, maka Tuan Ho terpaksa naek kreta yang
ditarik oleh empat kuda menuju ke Salatiga, dari situ terus ke Ambarawa,
kemudian ke Secang dan terus ke Temanggung. Kuda-kuda itu saban sampe di kota
besar kudu diganti yang masi seger. Diwaktu menanjak Tempuran, kuda-kuda itu
diganti dengan sapi, sebab tanjakan itu ada terlalu tinggi dan menikung –
nikung. Seperti pembaca tau jalanan kreta api yang dilintasin ini tempat ada
gunakan gigi-gigi, tandradbaan, sampe panjangnya berapa KM, dan mesti jalan
kliwat pelahan, seolah-olah merayap.
Jalanan kreta api pada itu
tempo yang suda ada adalah jurusan Semarang – Solo. Onkost kendaraan masi
kliwat mahal, antara Semarang – Temanggung, kudu diletaken di dalam tempo dua
hari, menginep satu malam di Ambarawa lantaran jalanan masi amat jelek, dan
onkost buat itu orang harus bayar f 60 (lima puluh rupiah), belon teritung
persen kutsir dan knecht.
Jika orang mau pake cara yang
lebih hemat,jalan naek pedati atawa serupa grobak yang ditarik oleh dua kuda,
atawa tandu yang dipikul oleh empat kuli, tetapi ini macem kendaraan ada jauh
lebih lambat. Sampe ke Salatiga suda memakan tempo lebih dari setengah hari,
hingga orang kudu menginap. Dengan gunakan tandu perjalanan Semarang – Salatiga
menelan tempo satu hari.
Grondverzet (pembukaaan lahan)
yang ia mesti bikin antara Ambarawa – Secang, Tuan Ho Tjong An terima buat
harga f 390.000, kerna bukan sedikit jurang yang mesti diuruk dan gunung yang
mesti dipotong agar tida kliwat menanjak. Kuli yang dipake setiap harinya tida
kurang dari 3000 orang. Kemudian pekerjaan ini ia sambung buat buka tanah yang
hubungken antara Magelang – Secang dan Secang – Parakan yang ia borong buat
harga f 350.000.
Pekerjaan ini ia bikin dalam
tempo kurang lebih 3 taon dan selese pada taon 1903. Waktu lakuken pemeriksaan
berhubung dengan pekerjaannya di bilangan Ambarawa, Tuan Ho Tjong An pernah
alami satu kecelakaan. Tatkala ia pegang les kendarannya, sang kuda binal. Tuan
Ho telah jatoh dan sakit berat. Ia luka di bagian dalem badan. Ada menjadi ia
punya kesukaan buat pegang les sendiri di waktu bikin pemeriksaan, dengan
demikian tuan Ho Tjong An anggep ia tida usa tergantung pada laen orang; segala
waktu ia bisa bikin perjalanan sendiri, tida perlu tunggu kusir.
Tuan Ho telah sembuh lagi
dengan pertolongannya tabib The Kiem Sia. Sampe sekarang ia pun taro
kepercayaan besar atas mustajabnya obat-obatan Tionghoa.
Melihat perdagangan Lisong
(serutu) itu ketika ada baek sekali pasarnya, Tuan Ho lantas bikin sigaren
fabriek di Temanggung dengan undang tukang-tukang dari Manila (Filipina)
sejumlah 40 orang. Tetapi ini usaha telah gagal sebab, itu tukang-tukang dari
Manila tida cocok segala-galanya dengan kebiasaan orang disini. Maka sesuda
bekerja brapa bulan lamanya di Temanggung, mereka dikirim pula ke tanah airnya,
buat mana Tuan Ho Tjong An menanggung kerugian lebih dari sepuluh ribu rupiah
kerna perusahaan itu lantas dibrentikan, sementara semua material dijual dengan
rugi.
Usahaken
Laen-Laen Pekerjaan
Pada taon 1907 Tuan Ho Jong An
trima borongan pekerjaan bikin grondverzet dari S.C.S. Pekerjaan ini ia lakukan
kurang lebih dua taon lamanya dengan dapet pujian bagus dari maskapai tersebut.
Tatkala pada taon 1912 di Semarang dilakuken persediaan untuk bikin Kolonial
Tentoonstelling di Telogo Bayem atawa yang sekarang dikenal dengan nama
Pietersijthoflaan, yang termasuk Candi Baru, Tuan Ho Tjong An kembali dapet
pegang pekerjaan buat buka ini tempat jadi satu lapangan, dengan adaken juga
jalanan-jalanan besar dengan harga f 60.000. Tempo ini pekerjaan selese pada
taon 1913, Tuan C. Wielenga atau bouwkundige yang diwajibken bikin penilikan
buat itu pekerjaan, telah beriken satu verklaring (penilaian) bagus pada Tuan
Ho Tjong An punya kecakepan bekerja.
Berhubung dengan makmurnya Kota
Semarang pada itu tempo, ia lantas buka satu toko di Pekojan dengan pake merk
Thong Thay Kongsie, kapitaal f 60.000, terutama dagangken barang dari besi. Begitu
toko ini dibuka Tuan Ho dapet pula borong pekerjaan jalanan kreta api di Teluk
Betung. Sebagai pengurus dari Toko Thong Thay ia lantas angkat salah satu
familinya, sementara ia lalu melawat ke Teluk Betung. Tetapi baru kurang lebih
satu taon lamanya ia urus itu pekerjaan, peperangan Eropa telah terbit.
Berhubung dengan berbagai kesukaran untuk dapetkan material di itu ketika, maka
berapa bulan kemudian, atas mufakatnya kedua pihak, itu pekerjaan ditunda. Di
dalam laporannya sertifikat chef dari exploitative dari Stats Spoorwegen di
Zuid-Sumatra, yang memake tanggal 25 November 1914, selaenya beriken pujian
buat pekerjaan yang Tuan Ho Tjong An suda lakuken, juga, ia ada menerangken
bawa di dalem tempo kurang lebih 15 bulan lamanya, dengan begitu sedikit
tenaga, Tuan Ho sudah potong pohon-pohon, buka lapangan, bikin rata terrain.
Angka-angka dibawah ini yang saya cabut dari dalem sertifikat ada menunjukkan
ia punya kecakepan bekerja;
84.000 m2 boschkappen en
schoonmaken terrain
525.000 m3 grondverzet
3.200 m3 metselwerk a kunstwerk
3.000 m2 beharding van wegen
Berhubung dengan kenaekan harga
segala barang pada itu tempo, toko Thoeng Thay punya persediaan besi-besi telah
dapetkan harga kliwat bagus. Di dalem tempo satu taon lebih telah citak
keuntungan bersih tida kurang dari 200.000 rupiah. Uang keutungan ini oleh Tuan
Ho tida ditarik tapi ditambahken pada kapitaalnya toko Thoeng Thay.
Pada akhir dari taon 1915
kongsi kreta api N.I.S yang telah kenal baek pekerjaan aannemer Ho Tjong An
telah serahken pula pekerjaan berdiriken rumah-rumah di Gergaji – Semarang buat
personel. Di taon 1916 ia terima pakerjaan borong perkerjaan bikin kali
Pasanggrahan dari S.C.S.
Melihat pasar lisong atawa
serutu kasi harapan bagus, meski yang pertama kali suda gagal, tuan Ho tida jadi
mundur, ia berdiriken pula fabriek serutu yang kedua kalinya dengan pake merk
Tjong An Ho. Ternyata di dalem percobaan yang kedua kali ia telah berhasil. Hal
ini saya nanti tuturkan lebih jau di bagian sebelah bawah.
Melihat fabrieknya lisong
dapatken kemajuan tuan Ho lalu buka toko tembako di Patekonan, Batavia, yaitu
pada akhir taon 1916 dengan pake merk Kwong Yik. Tetapi lantaran orang yang
diangkat jadi pengurus kurang cakep, maka satu dua taon kemudian ini toko
terpaksa ditutup. Buat gantinya ia buka pula satu toko tembako di Sukabumi.
Rupanya pekerjaan buka
perusahaan toko tembako bagi tuan Ho kurang cocok. Belon berapa bulan itu toko
dibuka, atawa toko itu suda ditimpa bahaya kebakaran. Lantaran itu toko tida
dipertanggungkan pada asuransi, ia telah menanggung kerugian sekitar f 12.000.
Pada taon 1917 ia buka
perusahaan meubelmaker di Temanggung. Barang-barang pembikinannya, sebagai
perabot rumah tangga dan laen-laen lagi ia kirim ke kota-kota yang berdeketan,
sebagi Magelang, Jogja, Solo dan laen-laen tempat lagi. Di dalem taon 1919 ia
buka perusahaan steenbakker. Ini perusahaan ia kasi anaknya yang paling besar,
tuan Ho Siauw Ing buat urus. Ia bikin batu-mateng (bata) dan genteng.
Belakangan, tatkala tuan Ho Siauw Ing pindah ke Semarang lantaran tida ada yang
urus, sementara tuan Ho Tjong An kekurangan tenaga buat tilik sendiri itu
steenbakkerij, maka itu perusahaan terpaksa dibrentikan.
Di dalem banyak pekerjaan Tuan
Ho Siauw Ing telah kasi unjuk, ia pada satu pemuda yang bisa bekerja; ia telah
dapetkan perajaran di H.B.S Semarang. Sayang, di dalem usia yang masi muda
sekali telah menutup mata. Di dalem itu taon 1919 juga Tuan Ho terima borongan
pekerjaan buka jalanan kreta api antara Babat-Tuban-Merak-Perak, yang ia bikin
rampung di dalem taon 1920. Grondverzet di ini bilangan ada 500.000 M3. Tuan J.
Knol afdelings-ingenieur dari N.I.S adamenerangken di dalem verklaring, bahwa
pekerjaan yang dilakuken oleh Tuan Ho ada sanget menyenangken baginya.
Di dalem itu taon juga,toko
besi Thong Thay di Pekojan Semarang terpaksa dipindahkan ke Temanggung,
lantaran merosotnya harga barang yang hebat sekali dan di laen fihak dikenaken
O.W belasting sangat berat. Di Temanggung itu toko ditukar merknya jadi Thay
Tjiang sehingga sekarang ini. Keuntungan yang toko Thay Tjiang dapatkan di
waktu perang Eropa, telah abis setelah harga barang terus merosot.
Di dalem taon 1923 tuan Ho
Tjong An buka perusahaan empang di Tanjung Priok dengan kapitaal f 40.000 pake
merk Fi On Kongsie. Tapi ini kongsi pun tida bisa berdiri lama, kerna ikan-ikan
bandeng yang dipiara di itu empang senantiasa dapatken gangguan banjir. Sesuda
ini kongsi pemiaraan ikan ditutup, tuan Ho buka drukkerij di Pintu Besar,
Batavia dengan pake merk Ching Hua In Soe Kwn. Sebagai juga itu perusahaan
empang, ini drukkerij buat tuan Ho rupanya pun tidak cocok. Orang yang
diwajibken urus itu pekerjaan kurang cakep, makatelah menanggung kerugian. Satu
taon belakangan itu drukkerij ia kasi over pada laen orang dengan menanggung
rugi lebih dari 6000 rupiah.
Sigaren
Fabriek Tjong An Ho
Sejak puluan taon dulu
Temanggung ada menjadi Jawa punya satu-satunya gudang tembako. Maka di ini kota
pun ada berdiri fabriek-fabriek lisong Djeman belasan taon yang lalu adalah
fabriek serutu The Djie Ko dan The Soen Tian yang terkenal sampe Jawa Kulon dan
Seberang. Sekarang di itu kota pun masi terdapat beberapa fabriek lisong tetapi
yang paling besar melaenkan ada dua saja. Yaitu pertama fabriek lisong
kepunyaan Tuan Ho TJong An dan yang laen kepunyaan Tuan The Kiem Hok.
Penggawe dari sigaren fabriek
Tjong An Ho lebih dari 300 orang perempuan dan lelaki. Tida jarang fabriek ini
bekerja malem,terutapa kapan bulan puasa. Fabriek ini telah dapatken kemajuan
pesat setelah berada di bawah pengurusannya Tuan Ho Thiam Hok,anak ketiga dari
Tuan Ho Tjong An. Siapa telah mulai pegang ini perusahaan sejak taon 1934,
seabisnya kembali dari Tiongkok.
Tuan Ho Thiam Hok pulang ke
tanah aer sesudahnya tamat belajar di dalem T.H.H.K Temanggung pada taon 1923
dan masuk di Ling Nan Universiteit di Canton. Tiga taon lamanya ia belajar di
Ling Nan,kemudian ia pindah ke Chi Nan Ta Hsioh di Shang Hai. Ia ada kawan
sekolah dari tuan-tuan Tan Tin Ho dan P.Z Chen yang oleh surat-surat kabar
Tionghoa digelarin Bing Thay Thouw, dua speller dari Loh Hua.Tim yang terkenal.
Sebelum kongsi Aniem melaerken
perusahaannya sampe di Temanggung, yang baru terjadi pada taon dulu, fabriek
lisong Tjong An Ho lebih dulu sudah pasang instalasilistrik sendiri supaya
menggampangken jika bekerja malem, Rajang daun tembako dan lain-lain. Ruangan
fabriek sekarang diperluaskan dan perusahaan itu termasuk satu antara industry
yang penting buat daerah Temanggung dan daerahnya. Lisong dari sigaren fabriek
Tjong An Ho ada tersebar di seluruh Jawa sampe seberang.
Suka
berbuat kebaikan
Sebagaimana umumnya orang
Tionghoa kuno, Tuan Ho Tjong An ada tjin tjay. Ia suka beriken pertolongan pada
kenalan kenalan atawa sanak familinya yang berada di dalem keadaan susah.
Banyak diantara kenalannya yang sukar dapetken penghidupan di sini telah
dikirim pulang ke Tiongkok atas ia punya ongkos.
Waktu saya kunjungin Temanggung
dan singgah tempat kediamannya, saya dapetken tida kurang dari 12 tetamu yang
suda lama berdiam di rumahnya tuan Ho, sebab mereka belon dapetken pekerjaan.
Mereka berdiamdi rumah yang ditinggalin oleh tuan rumah, terpisah dari toko.
Derma-derma buat Tiongkok selalu tunjang dengan senang.
Segala pekerjaan guna amal tuan
Ho senantiasa terbuka kantongnya. Ia tidak pernah mengomel guna sokong
pekerjaan-pekerjaan baek, sebab ia anggep segala pekerjaan yang berguna bagi
sesamanya ada pantes sekali dilakuken oleh orang-orang yang bisa member
pertolongan.
Pujian-pujian
yang ia dapatken
Di atas saya telah sebutken
saja berapa pekerjaan besar yang Tuan Ho Tjong An pernah lakuken. Masi banyak
pula pekerjaan yang pernah ia urus seperti bikin rumah-rumah tinggal dan
gudang-gudang di Semarang, Temanggung, Magelang,Jogja dan laen-laen tempat
dengan menyenangken pada orang –orang yang berurusan padanya. Bikin betul
jembatan-jembatan seperti di Kali Salaman dan laen-laen tempat pula. Jika saya
mesti buat satu persatu ada terlalu banyak.
Satu bundle surat-surat tua dan
surat-surat pujian dari orang-orang yang ternama seperti tuan P. van Vreeswijk,
Chef van den Anjeg van den Semarang Joana Stoomtram Mij, dari tuan J. Neeberg
adj, insinyur dari N.I.S Mij, dari tuan R. Engelberts Boukwindie dari N.I.S
dari tuan L. Mengelaar Meertens, Sectiachef van den Annleg S.C.S dan laen-laen
lagi. Yang kebanyakan dibikin diatas segel dar a f 150 ada diserahken pada saya
buat dipreksa.
Juga bukan sedikit pengalaman
ia telah dapatken sejak ia lakukan itu berbagai-bagai perusahaan tetapi kiranya
cukup dengan apa yang saya suda tulis diatas. Jika saya mesti menulis pula yang
laen-laen, nanti jadi terlalu panjang. Dari lukisan diatas ada ternyata bahwa
Tuan Ho Tjong An meski melaenkan seorang tani biasa, yang tidak dapatken
pengataoan dalem sekolah, jangan kata sekola tinggi, tetapi telah bisa lakukan pekerjaan besar, ya
satu pekerjaan yang satu student belon tentu bisa tempuh.
Jika saya inget tuan Ho Tjong
An, di mata saya lantas terbayang kita punya laluhur di jaman dulu yang telah
buang banyak tenaga di ini kepulauan dan berjasa tidak sedikit guna
kemakmurannya ini daerah.
Sebelum saya tutup ini tulisan,
ada baek juga jika saya tambahken di sini, cara bagaimana tuan Ho Tjonbg An
yang tidak dapatken pelajaran dari rumah sekolah, bisa tanganin itu
pekerjaan-pekerjaan besar dan belon sekali meleset atawa bikin kapiran satu
urusan yang ia trima. Itulah menandakan ia punya kepandaian bekerja.
Orang niscaya merasa kagum seorang
yang tidak mengerti ilmu itung tinggi atawa wiskunde brani borong pekerjaan
buka jalanan kreta api. Sebelon ia trima itu pekerjaan, lebih dulu ia preksa
itu tempat tempat yang mesti dibuka, kemudian bikin peta-peta, barulah diitung
berapa banyak tenaga ia mesti pake buat buka itu jalanan dan dalem tempo brapa
lama mesti selese. Dari banyaknya pengalaman, ia bisa taksir dengan betul,
belon pernah jadi gagal. Maka tempat-tempat yang mesti dibuka itu selalu bisa
rampung di dalem ketika yang suda ditentuken dengan member perasaan puas pada
kongsi-kongsi yang ia beriken kepercayaan padanya.
Diketik
ulang oleh Hamid Anwar dengan penyesuaian tata ejaan. Tata bahasa disamakan
dengan aslinya. Sumber kutipan Majalah Sin Po edisi tahun 1919 koleksi
Komunitas Kota Toea Magelang
Dan berikut ini adalah sekedar foto-foto hasil acara jelajah tersebut. Beberapa foto adalah hasil komparasi dengan foto lawas. Selamat menikmati :D
Stasiun Bedono |
Lobi Stasiun Bedono |
Stasiun Bedono tampak muka |
Masyarakat sekitar memanfaatkan rel gerigi untuk jalan lori. Roda lori terbuat dari laker bekas sehingga dapat bergesekan dengan bagian dalam rel gerigi. |
Jalur lengkung dekat Bedono sekitar 1930-an, koleksi Kitlv |
Jalur lengkung dekat Bedono 2015 |
Tampak belakang perbukitan Bedono,1930an koleksi Kitlv |
Kondisi 2015. Titik pemotret kurang persis. Bukit Bedono tertutup awan |
Salah satu kecanggihan dari rumus Archimedes yang diaplikasikan untuk mengalirkan sungai yang tingginya lebih dari rel, tanpa menghalangi rel. Ciamik :D |
Salah satu lokasi rel yang terancam ambles karena sering tergenang air |
Rel yang dianggap tempat sampah oleh warga sekitar |
Rel-rel lengkung yang melintas di daerah Kelurahan, Jambu |
Nek kon do foto we do gage-gage! |
Akhir rel gerigi mendekati Stasiun Jambu |
Jembatan dekat Stasiun Jambu |
Kondisi rel dekat Stasiun Jambu |
Stasiun Jambu kuno, koleksi Kitlv |
Stasiun Jambu, Kini 2015 |
Loket kuno di Stasiun Jambu |
1. Halim Santoso : disini
2. Prima Utama : disini
Oesaha jang bagoes, bung. Saia sampe batja dengan saksama dan serious sekali ^^
ReplyDeleteHaha.. terbawa ceritanya, kan... Bahasanya unik sih aku seneng :D wkwkw
Delete