Thursday, October 29, 2015

Dayu Anjani, Anak Pertama Kami


Prelude :
Akhir-akhir ini saya sedang sibuk. Pekerjaan menumpuk, bolak-balik lintas kota, dan juga sering malas ngetik. Sekarang ini saya hanya ingin bercerita tentang kelahiran anak kami yang pertama. Selamat membaca. 
 


#Jumat, 2 Oktober 2015
Jumat siang, saya meluncur dari Ungaran untuk menuju Ngawi. Sudah sekitar setengah bulan ini Tika berada di Ngawi bersama orang tuanya. Untuk persiapan melahirkan. Di usia kehamilannya yang sudah 9 bulan, ia memilih untuk dekat dengan orang tua. Maklum sih, disini hanya ada saya dan Tika. Jika sewaktu-waktu butuh pertolongan untuk melahirkan tentu repot. Apalagi, kami juga baru ini akan memiliki anak.

Sesampainya di Ngawi, Tika ternyata pulang dari periksa kehamilan di salah seorang dokter disana. Oleh si dokter X, Tika disarankan untuk segera periksa ke rumah sakit karena air ketubannya berkurang. Saya heran, karena selama ini setahu saya kehamilannya sehat-sehat saja. Dan lancar tentu saja.

#Sabtu, 3 Oktober 2015
Orang tua Tika memang sudah mempersiapkan kebutuhan untuk persalinannya jauh-jauh hari. Sudah di winrar atau di packing. Tinggal angkut saja. Sabtu pagi ini setelah mengepak barang-barang ke dalam panther, bapak, ibuk, Tika dan saya meluncur ke RS. Dr. Soeroto, Ngawi. Pagi itu, kami tidak bisa langsung dilayani. Harus menunggu agak siang karena kami pasien non reguler. Setelah menunggu beberapa waktu, akhirnya Tika diperiksa di poli kandungan. Benar saja, ia dinyatakan sehat. Kandungannya sehat, bayinya juga sehat.
RSUD dr. Soeroto, Ngawi.Credit : kampoengngawi.com

#Senin,4 Oktober 2015
Senin ini, berdasarkan rekomendasi dari dokter di rumah sakit, Tika harus kembali diperiksa. Tetapi karena terlalu pagi, begitu sampai di RS, kami masih harus menunggu. Ohya, kami menjadi pasien non reguler karena ingin menggunakan BPJS. Karena BPJS kami beralamat di Ungaran, maka Tika dianggap sebagai pasien darurat supaya tidak butuh rujukan dari alamat kami. Sembari membunuh waktu, kami memutuskan untuk makan bakso granat di Jl.A.Yani. Kemudian pulang. Tidak lama kami beristirahat dirumah karena sehabis dhuhur kami langsung berangkat lagi ke rumah sakit.

Begitu sampai, Tika langsung masuk ruang ponek. Entah apa maksudnya ruang tersebut. Tetapi hasi observasi kecil-kecilan saya, ruang itu merupakan ruang darurat ibu hamil. Duh, ternyata Tika langsung diinfus x_x. Padahal saya belum menyiapkan mental. Saya pun langsung berdoa tatkala pintu ruang ponek ditutup mbok misal Tika melahirkan disana. Saya pun cemas beberapa saat hingga akhirnya perawat mengijinkan saya masuk. Oalah ternyata Tika sedianya akan dipindah ke ruang isolasi yang berada di bangsal Wijayakusuma Lantai II. Tapi harus menuggu kursi roda yang datang beberapa saat kemudian. Saat itu Tika sudah memakai jarik dan saya membantu mendorong kursi rodanya.

Ruang isolasi itu berada di sebelah ruang persalinan. Sebuah kamar dengan dua bed dengan kamar mandi dalam dan AC. Praktis mulai saat itu Tika langsung diinfus dan saya harus menunggunya. Ealah, ternyata Tika langsung opname hari ini :(. Dalam hati, saya merasa keheranan. Karena sebenarnya Tika dan kandungannya sehat-sehat saja. Hari perkiraan lahir memang sudah mendekati, sih. Dan tidak ada indikasi Tika akan melahirkan dalam waktu dekat. Saya pun bingung. Tika juga. Beberapa perawat mengecek kondisi jantung bayi dan dinyatakan sehat dari waktu ke waktu. Sore itu saya menemani Tika hingga malam. Sore hingga pagi harinya kami ditemani oleh Mas Agus, Mbak Lia dan Ezzar.

#Selasa,6 Oktober 2015
Selasa pagi, saya terbangun dan setelah shalat subuh buru-buru mencari sarapan dan air panas di depan rumah sakit. Rasa-rasanya kami dibawakan berbagai snack, minuman, kopi, dan lain-lain. Tapi karena saya galau, saya nggak semangat untuk makan. Pagi itu, setelah pemeriksaan rutin, Tika dipindah ke ruang persalinan. Mungkin lebih tepatnya ruang persiapan persalinan dimana ada sekitar sepuluh orang ibu hamil terbaring disana. Ada yang sudah melahirkan, ada yang meraung-raung kesakitan, ada yang kesumukan. Kami termasuk yang terakhir karena memang sumuk.

Bidan perawat memberitahu saya bahwa hari itu Tika akan diberi obat pacu yang diistilahkan dengan induksi. Supaya lekas pembukaan. Sebenarnya saya tidak seratus persen setuju. Karena bisa saja kami menunggu hingga satu dua minggu ke depan karena memang HPLnya jatuh di hari ini. Tetapi mereka menggunakan rujukan indikasi dari dokter X yang sebenarnya tidak terbukti valid itu. Tetapi, jika menunggu persalinan normal, artinya kami tidak berhak menggunakan BPJS di Rumah Sakit. Karena BPJS persalinan normal hanya dilayani di bidan tingkat pertama atau rumah sakit. Itupun saya mesti mengurus rujukan ke Ungaran. Dan jika proses induksi, maka BPJS nya bisa langsung digunakan. Lagipula, kami sudah masuk melalui pintu darurat sehingga yang terbaik memang mengikuti saran bidan atau dokter disana.

Sepanjang jam 8 hingga jam 1 siang, Tika sudah diinduksi dua kali. Cairan tersebut dimasukkan melalui infus. Kelihatannya dia sangat kesakitan :(. Kabar buruknya, tidak ada perkembangan berarti. Hanya proses pembukaan satu saja. Akhirnya jam satu siang, berdasar kesepakatan Mbak Yan (bidan yang juga tetangga kami di Ngawi) dan Bapak juga saya, dan Tika tentunya, Tika akan dioperasi sesar. Kelihatannya itu yang terbaik. Karena sudah terlanjur diberikan obat pacu, kasihan si bayi jika tidak segera dikeluarkan.

Pukul dua siang, Tika sudah persiapan. Kebetulan dokter operasinya siap esuk pagi. Tetapi ada dokter jaga yang berpengalaman siap membantu. Kalau tidak salah namanya Charles. Akhirnya kami deg-degan. Tika dibawa ke ruang operasi dengan kursi roda. Mendekati pukul tiga sore Tika masuk ruangan dan saya menunggunya diluar ruang operasi. Karena saya kira akan lama, akhirnya saya tinggal shalat asar sekitar pukul tiga. Sepulang dari masjid, saya kembali ke ruang operasi dan dibilangi seseorang bahwa anak saya sudah lahir dan dibawa bapak ke ruang bayi. Saya pun cemas dan gembira. Saya segera berlari-lari kecil menuju ke ruang bayi. Benar saja, bapak mertua saya tampak sumringah dan menyodorkan foto bayi kami yang sedang menangis. ″sudah tak adzani″ kata bapak.
Dayu, beberapa menit setelah di lahirkan. Foto oleh Bapak

Saya pun langsung masuk ke ruang bayi dan dipersilakan mengurus administrasi pendaftaran bayi terlebih dahulu. Tidak lama kemudian, saya diberikan jaket hijau khusus untuk masuk ruang bayi yang berisi puluhan bayi itu. Bayi saya berada dibawah lampu kuning. Dia menangis.. Subhanallah, dia tampak cantik sekali. Perawat memperlihatkan kepada saya, bahwa bayi saya lahir tanpa kurang suatu apapun dan berjenis kelamin perempuan. Alhamdulillah.. Saya pun menitikkan air mata haru.

Saya tidak diperbolehkan lama-lama disana. Sekitar empat menit saja. Selanjutnya saya menunggu Tika di ruang operasi. Dia sudah dipindah di ruang pemulihan. Melalui celah di jendela, saya lihat dia terbaring lemas dengan pernafasan yang dibantu oksigen. Ketika saya panggil, ia hanya menoleh tanpa ekspresi. Ah, mungkin ia belum pulih seratus persen. Saya menunggui Tika disana bersama beberapa kerabat hingga pukul setengah sepuluh malam. Selama itu pula saya harus wira-wiri ke apotek dan laboratorium untuk pemeriksaan darah dan penggantian obat.

″keluarga ibu Sartika..″
Begitu suara perawat yang memberitahu saya bahwa Tika siap untuk dibawa ke ruang perawatan normal. Kebetulan beberapa ruang di Rumah Sakit sedang dalam perbaikan. Akhirnya kami mengajukan naik kelas ke kelas satu. Disana sebuah ruangan dengan dua bed pasien tersekat dengan tembok alumunium. Tika tampak masih lemas dan sedikit menahan sakit. Ia saya ceritain bahwa bayi kami sehat. Perempuan, nangis, dan ada rambutnya. Hehe.. Saya memberi tahu dia bahwa bayi sehat dan berada diruang bayi hingga satu dua hari ke depan. Sembari menunggu Tika pulih. Malam itu, Tika direkomendasikan untuk pelan-pelan belajar berbaring miring. Pada hari hari selanjutnya, Tika sudah harus bisa duduk, berjalan pelan, dan bisa pipis. Alhamdulillah proses-proses tersebut bisa dilalui dengan lancar.

#Rabu, 7 Oktober 2015
Sepanjang sore hingga malam dan seterusnya dari hari kelahiran bayi, kami dibantu Mak Nem. Ia yang standby untuk menyiapkan susu setiap dua jam sekali. Susu itu untuk diberikan kepada perawat bayi diruang bayi. Dan perawat lah yang akan menyuapi bayi-bayi itu dengan sendok kecil. Mak Nem juga membantu kami untuk mengurus bayi dari memandikan hingga memakaikan baju. Ohya, karena Tika melahirkan lewat sesar, ia tidak bisa melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Sehingga dalam dua hari pertama bayi kami lahir, ia diberikan susu formula. Agak kecewa sih, sebenarnya..

Hari itu, saya mengurus klaim BPJS untuk bayi kami. Meski BPJS kami beralamat di Ungaran, kami bisa mendaftarkan bayi kami ke kantor BPJS setempat. Syaratnya surat keterangan lahir dari rumah sakit ditambah dengan surat keterangan lahir dari desa atau kelurahan. (untuk yang satu ini Tika dianggap berdomisili di Ngawi sementara waktu). Selain itu tentu saja beberapa   fotokopi Askes atau BPJS, KTP, dan KK saya dan Tika. BPJS setempat mengeluarkan kartu BPJS sementara berlaku tiga bulan dan harus diperbarui sesuai dengan tempat tinggal kami. Berkas-berkas tersebut jika sudah siap tinggal dimasukkan ke administratornya di ruang bayi. Klaim tersebut berguna untuk menjamin biaya perawatan bayi kami selama di rumah sakit.

#Kamis, 8 Oktober 2015
Hari Kamis ini, saya masuk kantor karena ada beberapa kerjaan yang harus saya selesaikan. Pagi jam tiga saya berangkat dari Ngawi ke Ungaran, dan jam empat sore kemudian, saya langsung pulang ke Ngawi dan sampai sana jam sepuluh malam. Alhamdulillah, bayi kami sudah diperbolehkan berada diruangan bersama Tika. Dia dibedong warna hijau dan tampak tenang.
Dayu, keluar dari ruang bayi

Malam itu saya merasa lelah sekali. Beberapa saat setelah tidur, saya mendengar suara tangisan bayi. Dalam hati saya berkata, bayi siapaaa ini nangis malam-malam. Eh saya terperanjat kemudian baru nyadar jika itu suara bayi saya. Saya melihat mukanya sedikit kekuningan. Rupanya dia haus. Sebagai ayah pemula, saya masih bingung harus berbuat apa. Nggendong saja saya masih takut. Kemudian oleh Mak Nem si bayi dibuatkan susu dan diminumkan. Setelah itu, jika dia nangis lagi saya sudah sadar harus berbuat apa.      

#Jumat,9 Oktober 2015
Alhamdulillah. Hari ini Tika dan bayi boleh pulang dari rumah sakit. Tika juga tampak sehat ceria dengan gaun warna biru. Bayi kami juga sehat dan cantik. Karena waktu mengurus administrasi mepet dengan waktu jumatan, akhirnya kami tunda kepulangan kami setelah jumatan. Untuk informasi, saya hanya mengeluarkan delapan ratus ribu rupiah untuk biaya pindah kelas dari kelas II ke kelas I. Selain itu memang ada beberapa penggantian obat yang tidak terkover BPJS tetapi hanya sedikit saja. Mungkin jika ditotal sekitar seratus ribu. Disamping biaya-biaya tadi, hanya biaya pendukung fotokopi berkas-berkas, makan minum, dan lain-lain. Sebelum pulang, saya dan Tika juga diberikan penyuluhan singkat oleh bidan bagaimana cara mengurus ibu nifas dan bayi baru lahir. Bidan tersebut ternyata mengaku familier dengan saya. Saya pun begitu. Entah :D

Demikianlah cerita tentang kelahiran anak kami pertama yang kami beri nama Dayu Anjani Anwar. Semoga kamu sehat selalu ya, nak. We love you..
  
 

8 comments:

  1. melu seneng.. insyAllah sholehah..

    ReplyDelete
  2. Saya sangat terharu membaca cerita anda sod..semoga nak dayu anjani menjadi anak yang sholehah, berbakti, sayang dan patuh pada orang tua, menjadi kebanggaan orang tua..Aaamiin.. salam TRB

    ReplyDelete
  3. selamat... congrats... lahir oktober? asik.. salah satu bulan yang paling banyak menampung kelahiran bayi

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...