#Prolog
Jumat, 10 Mei 2013 Pukul 13.10
Dengan keringat dan cuaca panas ini,
saya terasa begitu semangat menanti bus yang akan membawa saya ke Solo. Saya
berharap, ada bus Eka yang bisa langsung mengantar saya ke Ngawi. Tapi 40 menit
sudah berlalu dan saya belum juga menjumpai mbak Eka.
Akhirnya Royal – Safari jurusan Solo
saya stop dan menukar uang 15 Ribu rupiah untuk tujuan Solo.
16.20
Sampai juga saya di Terminal Tirtonadi.
Terminal besar yang bersih, tertata, dan termanage dengan baik. Setelah mampir
ke toilet dan bertanya kepada seorang petugas terminal, akhirnya saya langsung
dapat menaiki bus Mira AC Tarif Biasa. Biasa disingkat ATB- jurusan Surabaya. Tanpa
di duga, saya hanya membayar 9 Rupiah saja untuk sampai Ngawi.
Perjalanan bus sedikit tersendat di
sepanjang perjalanan. Jalur ini memang cukup sempit. Perbaikan di sana sini dan
libur panjang ini menambah lama waktu tempuh saya. Tapi, AC bekerja optimal dan
bus juga menyetel lagu lagu Nike Ardilla yang membuat saya sedikit terkontaminasi
juga sih.
Dua jam kemudian, saya sampai di
Terminal Ngawi dan bersiap turun. Ya, perempatan Paron. Inilah titik akhir
ngebis saya dan sementara jam tangan saya menunjuk pukul 18.30, saya jumpai
pacar saya tengah menunggu dengan motor mio soul warna merah.
Rasa rasanya, saya ingin memeluknya yang
kenceng karena kangen :’) tapi apalah, takutnya jadi tontonan gratis. :/ Tika
menyadari saya jetlag. Saya mesti melakukan sedikit peregangan dan baru
kami menuju rumahnya.
Saya disambut begitu hangat. Sehangat pelukan
mentari #wadezig! Setelah berkenalan dengan keluarganya yang rame itu, saya
segera mandi dan menunaikan shalat.
#Tahu Tepo Ngawi
Malam itu, saya diajak Tika untuk
membeli Tepo. Makanan apa sih itu? Oke, makanan khas Ngawi ini bisa didapet nggak terlalu jauh sih sebenernya dari
rumahnya. Cuma 3 menit doang naik motor. Jadi, karena kami belinya dibungkus,
saya jadi tahu kalo bungkusnya rangkap tiga men! Pertama, daun jati, kedua,
kertas minyak (pembungkus makanan), dan paling dalem, daun pisang. Trus, apa
isinya?
Tahu tepo ini jelas pake tahu, lalu ada
irisan lontong yang berasa lembek, taoge, sedikit irisan kubis, kuah kacang –
kacangnya bulet bulet nih. Nggak diancurin kayak kupat tahu.
Yup. Kalo foto diatas, itu saya emang
dikasih aksesoris telor ceplok. Itu buat pelengkap aja sih biar kayak di
bungkus mie instan gitu #cant watch!
Sip, kelaparan ini langsung mengajak
saya menyantap tepo yang saya pesen agak pedes tapi hasilnya puedes ini. -___- rasanya, hampir kayak kupat tahu. Bedanya,
lontongnya terasa lembek, terus, kuahnya encer. Dan sedikit kletus kletus
kacang . Ahaha.. aksesoris telor ceplok tadi menambah lengkap saja rasanya.
Porsi nya kecil kok, sedikit. Harganya juga murah meriah mbak yah Cuma 3 ribu
doang (kalo nggak salah sih kita beli empat dan bayar 12 ribu) Tidak butuh waktu lama, lenyaplah sudah itu makanan ditelan Hamid :D
# Rel Kereta, Paron, 11 Mei 2013
Selamat pagi Paron! Pagi ini saya di
ajak Tika jalan jalan ke sawah sebelah kampung dan hingga sampai di rel kereta
dan sampai di Stasiun Paron. Untuk melihat rel kereta, bagi saya adalah kesempatan yang langka. jadi jangan heran deh kalo saya sampe motret motret gini -__-. So, I don’t wanna talk much, this pics will say
bout the story :)
sistem pemindah jalur rel. kalo nggak salah namanya wesel |
paron train station, pagi itu |
menuju Solo ;) |
Baca Juga :
No comments:
Post a Comment