Wednesday, September 17, 2014

Wisata Kuliner di Solo, Berburu Sajian Legendaris

Setelah sebelumnya berangkat ke Solo dengan Kalijaga, kami melanjutkan wisata kami di Solo. Check this out! :)

Tidak lama kami menunggu, mas Ridwan langsung menghampiri kami di depan stasiun. Kelihatannya dia sudah hafal dengan saya. Hehehe.. Sebuah motor Honda Beat warna merah berpindah tangan ke kami lengkap bersama dua helm dengan harga diskon. Maklum pelanggan setia :D.
Mendekati tengah hari, kami segera melajukan beat menuju Jalan Urip Sumoharjo. Saya hendak mencoba beli es krim di Es Krim Tentrem. Ya, setelah memarkir motor kami segera masuk dan rupanya sedang tidak ada pembeli selain kami. Seorang wanita muda berbaju pink menghampiri dan menawarkan daftar menu. “Makan sini atau bawa pulang?” tanyanya. Buka buka daftar menu, akhirnya saya memutuskan memilih Tutti Frutti, sedangkan Tika memilih untuk mencicipi Banana Split. Satu lagi pesanan kami adalah Mandarin Black.
Sembari menunggu, saya mengamati sekeliling. Tampak ada  empat meja panjang yang dikelilingi dengan beberapa kursi rotan, dengan busa sebagai alas duduk. Nyaman :). Masing masing meja disekat dengan sekat ukiran kayu yang artistik. Menurut informasi yang saya peroleh, es krim ini merupakan salah satu es krim legendaris di nusantara yang sudah buka sejak 1952. Kini, usaha ini masih dijalankan dengan baik oleh Sulaiman, seorang pengusaha keturunan Tionghoa.
Air es yang seharusnya kami minum sebagai penawar, tiba-tiba langsung kami teguk pertamakali. Bukannya gimana-gimana, kami masih kehausan sejak dari Semarang belum minum apa apa :/ . Yey, es krim-eskrim cantik ini tidak sabar untuk segera masuk ke mulut kami. Citarasa es krim home made memang berbeda. Dengan corak warna yang biasanya tidak “ngejreng” kualitas rasa yang diberikan juga istimewa. Tutti Frutti saya merupakan slice yang cukup besar dengan beberapa potong manisan buah-buahan. Sementara banana splitnya Tika merupakan sepotong pisang yang ditumpuk dengan tiga rasa eskrim, lengkap dengan sebuah satu batang astor. Satu lagi menu Mandarin Black yang disajikan dalam loyang emas tertutup dengan tulisan “Selamat Menikmati”, rasa lapisan merahnya begitu menggoda. Bila saya tidak salah, rasanya kayak rasa Rum Raisin.
Tutti Frutti

Banana Split

Mandari Black


Mandarin Black yang rupanya paling cepat meleleh, seketika langsung kami habiskan, rasanya memang enak, kombinasi antara vanilla, cokelat, dan satu rasa yang saya kurang paham. Hingga akhirnya kami menghabiskan dua porsi kami sampai tidak tersisa. Benar-benar es krim yang mantap dan membuat kami menjadi merasa sangat tentrem :D Untuk urusan harga, disini saya katakan pantas. Untuk tiga pesanan kami diatas, kami hanya membayar Rp. 27,000 saja. Cukup murah kan untuk ukuran es krim legendaris?

**
Tidak jauh dari Es Krim Tentrem, kami arahkan motor menuju parkiran Pasar Gede. Berdasarkan referensi dari blognya mas Halim Santoso, kali ini saya hendak mencoba beberapa rekomendasinya. Begitu masuk ke dalam pasar, kami dibuat bingung untuk mencari keberadaan Nasi Liwet Bu Sri. Rupanya, setelah bertanya pada seorang bapak, Bu Sri membuka lapaknya di trotoar sebelah barat pasar kulon. Sayang seribu sayang, saat kami mendekati banner ijo bertulis Nasi Liwet Bu Sri, ia sedang sibuk menggulung banner dan mengemasi lapaknya. Ah sudahlah, siang ini kami harus mencoba kuliner yang lain.

Berbekal informasi dari seorang tukang parkir, kami dipandu untuk menemukan Warung Timlo Sastro. Dari sekian banyak warung timlo, lokasi ini adalah yang paling terkenal dan legendaries. Lokasinya ada di sebuah pojok kawasan Pasar Gede, siang ini mayoritas pembelinya adalah orang-orang keturunan Tionghoa. Pegawainya adalah anak-anak Pak Sastro yang sebagian besar bapak-bapak dengan cekatan melayani pesanan para pembeli. Baru duduk sekira dua menit saja, pesanan kami dua porsi timlo komplit langsung tersaji di meja. Ini adalah pertamakalinya saya makan timlo. Ternyata sebuah masakan semacam sup kuah kaldu ringan dengan isi daging ayam, sosis yang bentuknya semacam gulungan telor dadar, dilengkapi dengan ati dan ampela. Cara makannya bisa dibarengkan dengan sepiring nasi bertabur bawang goreng. Rasanya, sungguh sedap. :)
Timlo Sastro

Porsi timlo ini disajikan dalam mangkok besar. Terus terang saja, porsi ini terlalu banyak untuk saya yang sedang diet. Tapi tak mengapa lah, toh akhirnya saya bisa menghabiskan. Hehehe.. untuk seporsi Timlo komplit pesanan kami, harga yang dipatok cukup menguras kantong. 18,000 rupiah, nasi putih 4,000 per porsi, dan segelas es teh yang dibanderol 2,500.

Puas makan siang dengan timlo, masih dari referensi Halim Santoso, saya masuk kembali ke Pasar Gede lewat pintu utara dan menemukan Dawet Telasih Bu Dermi. Bannernya mencolok sehingga mudah ditemukan. Bu Dermi terlihat melayani pembelinya sendirian. Pembelinya cukup ramai dengan tempat duduk yang terbatas. Kami, bahkan tidak kebagian tempat duduk dan terpaksa minum sembari berdiri. Dawet yang khas Solo ini berbahan cendol hijau, ketan hitam, dan sedikit gempol (bila saya tidak salah) dengan diguyur santan encer bercampur biji selasih. Rasanya segar dan licin-licin biji selasih menjadikan rasa dawet yang khas. Untuk ukuran dawet pasar, harga yang dipatok saya akui cukup tinggi yakni 7,500 per porsinya.
Dawet Telasih , source : Halim Santoso http://jejak-bocahilang.com/2012/12/04/wisata-kuliner-pasar-gedhe-solo/


Sudah lewat waktu dhuhur, sebelum menuju jadwal selanjutnya, saya ampirkan motor di Masjid Mukmin di dekat Mangkunegaran untuk menunaikan shalat. Selanjutnya kami menggeber Honda beat menuju Solo Square. Tujuan kami kali ini untuk ke Gramedia membeli buku panduan tes CPNS. Jadi ceritanya, Tika sedang mendaftar CPNS dan menunggu pengumuman untuk mengikuti test. Doakan semoga lolos ya para pembaca :)

Nonton Bioskop Murah di The Park XXI

Pukul setengah tiga sore, buku sudah kami dapat. Kami segera mengemudi ke The Park, mall baru di Solo yang ada di kawasan Solo Baru. Akhir-akhir ini di thread forum yang saya ikuti, bioskop XXI yang buka di The Park membanderol tiket dengan harga yang cukup, boleh dibilang sangat murah. Untuk membuktikannya, kami langsung meluncur ke Jl Soekarno Hatta Solo Baru. Parkir motornya, duh, jauuuh. Ada di belakang mall dan harus berjalan kaki sejenak untuk menuju lobbi mallnya.

Dari luar, mall ini terlihat tidak begitu besar. Hanya ada 4 lantai saja. Setelah menemukan Cinema XXI, saya segera menghampiri ticketing. Beruntunglah kami, film Lucy yang ingin kami tonton baru mulai empat menit yang lalu. Tiket untuk hari Minggu ini hanya 25,000 saja. Murah! Oiya, sebagai tambahan salah satu theatre disini juga dibuka sebagai The Premiere dengan HTM yang sangat bersaing. Bayangkan, bila di Jakarta pada hari Minggu HTM The Premiere menyentuh angka 200,000, disini cukup 50,000 saja.

Konsep Cinema XXI dimanapun memang terasa sama. Kualitasnya tidak diragukan lagi. Layar jernih, tata suara yang mantap, dan seat yang nyaman. Film Lucy pun akhirnya lancar menghibur kami Minggu sore ini.

Sekeluarnya kami dari The Park dan belum gelap, setelah shalat, kami akhirnya mendapatkan ide dari browsing untuk sekali lagi kulineran di Solo. Warung Nasi Liwet Bu Sarmi yang ada di Loji Wetan, Jl Kapten Mulyadi menjadi pilihan kami. Warung tenda yang bersebelahan dengan warung susu popular Shi Jack ini menawarkan masakan khas Solo yang disajikan di pincukan daun pisang. Saya memilih lauk paha ayam, sedangkan Tika telor ayam. Mengingat kondisi perut yang sudah agak kenyang, kami tunda untuk mencoba warung susu sebelah.
Nasi liwet merupakan makanan khas Solo berupa nasi yang dimasak dengan santan, dengan sayur kuah jipang, sedikit sareh (santan kental) dan suiran daging ayam. Lauknya bisa dipilih sesuai selera. Untuk soal rasa, berbeda dengan gudeng Jogja yang cenderung manis, Nasi Liwet lebih condong ke agak asin dan gurih. Untuk dua porsi tadi plus dua kerupuk dan dua minum teh dan jeruk, saya harus merogoh kocek agak dalam. Rp. 37,000. Harga yang bagi saya mahal untuk ukuran nasi liwet. Tapi saya berpositif thinking saja karena memang lokasi-lokasi ini merupakan warungnya orang ‘wisata’ sehingga harga yang ditawarkanpun juga harga ‘wisata’.

Akhirnya, pukul tujuh malam kami sampai di depan Terminal Tirtonadi dan motorpun di ambil oleh Mas Ridwan. Kami segera melangkahkan kaki menuju pemberangkatan bus Royal Safari jurusan Semarang. Dengan Rp. 30,000 berdua, kami bisa tidur nyenyak sepanjang perjalanan pulang selama kurang lebih dua jam.

Pukul sepuluh malam kurang sedikit, akhirnya kami kembali sampai di Ungaran dengan selamat. Alhamdulillah jalan-jalan hari ini lancar dan sukses. Iya, sukses menghabiskan uang. 


Credits :

Rental Motor Solo
Hp. 08990515008 

Es Krim Tentrem Solo
Jl Urip Sumoharjo 97 SOLO

Timlo Sastro 
Balong, Jl Kapt Mulyadi
Kawasan Pasar Gede SOLO

Dawet Telasih
Pasa Gede SOLO

Gramedia
Solo Square
Jl Slamet Riyadi
SOLO

Cinema XXI
The Park Mall
SOLO BARU

Nasi Liwet Bu Sarmi
Loji Wetan Jl Kapt Mulyadi
SOLO

Jejak Bocah Ilang - Halim Santoso

9 comments:

  1. cukup menggoda reportasenya....menggiurkan tuh esnya...pengen nyoba bingit...

    ReplyDelete
  2. Hurayyy akhirnya icip kuliner di Solo ^^
    Wahh iya nih Nasi Liwet Lojiwetan mahal bro, ahh aku lupa info Nasi Liwet Bu Parmi di Kratonan yang masih punya harga wajar ( 8000 satu pincuk nasi plus satu butir telor kecap ). Next time dibaleni ya hehehe...

    ReplyDelete
  3. @Cristine : Hehehe..ayo ndang ke Solo juga ndang nyoba :p

    @Halim San : Hore. blog anda sudah berhasil mempengaruhi saya untuk ke Solo :D :D. Wah iya e nasi liwetnya loji wetan menguras kantong je.. Oke oke, next time saya baleni :D

    ReplyDelete
  4. salam hangat dari kami ijin informasinya dari kami pengrajin jaket kulit

    ReplyDelete
  5. Besok kalau wisata kuliner ke solo gak usah nyewa motor Mas
    Pake motorku aja gratis

    Tapi aku ikut wisata kulinernya dibiayai
    Hehe

    ReplyDelete
  6. @ Prima :

    Waduhh.. bisa tombok aku mas :( hehehehhee..

    ReplyDelete
  7. @ Jaket Kulit
    Sumonggo with my pleasure :)

    ReplyDelete
  8. Sangat lengkap dan menarik repotasenya

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...