Alunan
lagu X-Japan mengawali perjalanan saya, orang tua dan kerabat saya saat
berangkat ke Ngawi pada Sabtu malam 3 Januari lalu. Sebelum adzan shalat isak,
Avanza yang disetir Pak Mintar langsung tancap gas melalui jalur biasa. Jogja –
Klaten – Solo – Sragen dan Ngawi. Saya duduk di belakang bersama Nanang dan
membicarakan banyak hal. Pukul sepuluh malam, kami tiba di Kota Solo. Saya
segera mengarahkan mobil ke Pasar Gede untuk mengambil parcel buah yang saya
pesan lewat telpon siang hari sebelumnya.
Untung,
toko buah rekomendasi dari kawan saya, Halim Santoso itu belum tutup. “Belum mas, tutup jam
sepuluh. Njenengan kami tunggu” begitu jawab bapak yang menerima telepon saya
sesaat saya masuk Kota Solo di malam minggu yang padat itu. Bapak penjualnya
baik. Dia bahkan mengantar parcel itu hingga ke mobil kami. Saya juga sempat
meminta saran untuk mencari makan malam yang merakyat. Berdasarkan petunjuknya,
kami merapat ke pinggiran Jl. Urip Sumoharjo di warung Pecel Madiun untuk
santap malam.
Selepas
Solo, saya mulai mengantuk namun mata tidak juga terpejam. Semakin mendekati
Ngawi, saya semakin berdebar saja. Kata Nanang, saya terlihat sangat santai dan
rileks. Padahal besok pagi jam enam, saya akan melangsungkan Akad Nikah.
Sampai
di daerah Kedunggalar, lalu lintas arah timur begitu padat. Pasti karena ini
arus balik setelah libur panjang Natal + Tahun Baru, pikir saya dalam hati. Pak
Mintar saya beri aba-aba untuk melewati jalan alternatif via Ngale. Beberapa
meter mendekati rumah Tika – Calon istri saya, panggung telah nampak dan
suasana “wong due gawe” sudah didepan mata. Saya pun tambah deg-degan. Jam satu
malam, kami sampai di Ngawi dan dipersilahkan beristirahat di rumah Mamah Siti.
Tetangga yang juga masih saudara.
#
21 bulan sebelumnya
Nopember
2012
Saya
mengenal Tika tidak sengaja saja. Pertama, saya mengira namanya Mita, karena
flashdisk yang saat itu digunakan saat dia nunut ngeprint di kantor saya. Waktu
itu, dia dan timnya yang masih kuliah sedang dalam rangka PKL dan membantu
program Kampung Literasi. Minggu-minggu
berlalu dan tampaknya kami segera akrab setelah berteman via media
sosial dan sms-an.
Empat
bulan setelah itu dia menerima saya menjadi pacarnya saat saya secara
mengejutkan, sukses mengerjainnya. Episode itu terasa sangat spesial dalam hidup
saya. Selengkapnya dalam Romantic Surabaya.
Belum
ada satu tahun setelah kami berkenalan dan akhirnya pacaran, saya beranikan
diri untuk nembung ke orang tuanya. Saya merasa langsung cocok dan ingin
menikah dengan Tika. Waktu itu, kami baru saja pulang dari Surabaya naik bis
Mira. Dengan grogi, saya bilang ke orang tuanya bahwa saya akan melamar. Lampu
hijau di nyalakan, dan November 2013, saya bersama keluarga akhirnya bertandang
ke Ngawi dengan beberapa pernak-pernik hasil hunting kami berdua. Untungnya,
acara hunting dan Lamaran itu sukses dan pernah saya posting juga disini.
Tiga
bulan setelahnya, keluarga Tika berkunjung balik ke Magelang. Dalam rangka
“rembug tuo” itu belum disepakati kapan kami akan menikah. Hingga persiapannya
saya merasakan biasa-biasa saja. Akhirnya tiba saatnya bapak mertua menelepon
saya bahwa akad nikah kami akan dilaksanakan pada akhir Desember 2014 atau awal
Januari 2015.
Waktu
yang tersisa hanya sekitar dua bulan. Kami harus segera melakukan persiapan.
Tepatnya saya, sepengetahuan saya, Tika tidak banyak melakukan persiapan karena
persiapan acara di Ngawi, tampaknya sudah dihandle penuh oleh orang tuanya.
Persiapan yang kami lakukan disela-sela kesibukan kami di Ungaran adalah
membuat Undangan.
Dirumah,
saya harus berkutat dengan banyak hal. Mulai dari mengkonsep acara sederhana
dirumah, persiapan pembukaan panitia, akomodasi keluarga pergi ke Ngawi, dari
masalah keuangan hingga urusan dapur dan snack-snack juga tetek mbengek, full
saya kerjakan dengan dibantu mae dan budhe saya.
#Minggu,
4 Januari 2015
Jam
setengah lima pagi, saya sudah bangun dan shalat subuh. Saya segera mengganti
pakaian dengan baju hem biru muda. Atas saran Tika, sengaja saya tidak memakai
dasi supaya terkesan lebih santai. Jas yang terasa pas di badan saya itu milik
Nanang. Yang katanya, saya adalah peminjam entah yang keberapa yang digunakan
untuk akad nikah.
Jam
enam, saya sudah dipanggil. Di depan rumah Tika, sudah siap pegawai KUA dan Pak
Kyai serta beberapa kerabat dari saya dan Tika siap melaksanakan akad nikah.
Saya gugup dan itu alamiah menurut saya. Lafadz akad nikah menggunakan bahasa
arab bagi saya mudah saja. Pun, saya juga tahu artinya sehingga tidak masalah
bagi saya. Sebentar saja, akhirnya akad nikah berlangsung dan buku Nikah pun aslinya
bisa langsung kami kantongi. Namun karena Tika kurang syarat surat sehat dari
dokter, buku Nikah masih ditahan oleh KUA.
Setelah
akad, kami diarahkan oleh Bu Aning dan fotografer untuk berfoto-foto sesaat.
Tika langsung persiapan rias, sementara saya sarapan dan minum teh. Selepas
itu, saya masih bisa santai-santai dan mengobrol dengan orang-orang hingga
sekitar pukul sembilan pagi.
Perias
datang. Awalnya saya pesimis dengan hasil riasannya. Namun, saya yang baru
pertama ini dirias merasa puas saat saya berkaca. Saya tampak ganteng dan
maksimal! Yeay! Apalagi, baju nikah kami yang berwarna putih tulang ini baru.
Baru kami pertama yang pakai.
Jam
sepuluh pagi, acara dimulai. Kebetulan rombongan dari Magelang yang saya
sewakan bus juga sudah datang satu jam sebelumnya. Rombongan pria disambut oleh
bapak berbaju hitam dan saya dipertemukan dengan Tika di sebuah bagian yang
disebut dengan tarub. Disana saya diminta menginjak telur yang sudah diplastik
dan Tika membasuh kaki saya. Setelah itu baru kami berdua dipersilakan duduk di
pelaminan.
Yang
membuat saya terharu dan mungkin semua akan terharu adalah saat sungkem dengan
mae. Saya sampai menangis alamiah. Oiya, standar adat di Ngawi saat ada hajatan
nikah adalah adanya dalang manten yang juga berfungsi sebagai pembawa acara.
Selama acara berlangsung, saya merasa tenang dan bahagia.
Jam
dua belas siang, acara selesai. Para tamu berangsur pamit dan kami berdiri
dipintu untuk berjabat tangan menerima amplop. Syukur Alhamdulillah semua
lancar. Sesaat setelah itu, keluarga saya pamit termasuk mae. Saya yang sudah
dipasrahkan, siang itu masih menemui tamu. Septi dan mas Endra, teman Tika yang
datang dari Lamongan telat karena mobilnya bermasalah. Beberapa waktu sebelumnya, kami juga hadir di
nikahan Septi yang lagi-lagi pernah saya post di blog juga.
Hingga
sore dan malam hari, kami masih banyak kedatangan tamu. Sebagian besar adalah
tamu mertua saya.
#Senin,
5 Januari 2015
Kami
bangun pagi untuk mandi keramas dengan malu-malu dan siangnya, kami mengurus surat
dokter ke Puskesmas Paron sekalian mengambil buku Nikah di KUA Kecamatan Paron.
Di kantor KUA, ternyata masih ada kotak sumbangan sukarela. Pertama mengambil,
saya isi dua ribu rupiah. Dan ternyata setelah mengkopi + legalisir, kami masih
dimintai isi kotak. Ya sudah, saya tambah dua ribu lagi.
Kami
memiliki cuti hingga hari Rabu. Mengisi masa liburan kami, kami disibukkan
dengan mengurus barang-barang pinjaman berupa alat pesta, juga mengurus
administrasi pindah milik Tika untuk pindah ke Ungaran. Saat mengurus pindah
akan saya tulis di posting lainnya.
#Jumat,
9 Januari 2015
Dua
hari saya masuk bekerja karena pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan.
Penelitian DPA 2015 dan persiapan Laporan Keuangan 2014. Selain itu, hari itu
juga hari terakhir kami berada dikost sehingga kami juga harus mengemasi
barang-barang ke kontrakan baru kami. Sifatnya hanya barang-barang sisa. Jumat
malam hingga pukul delapan, saya masih berkutat dikantor dengan ditemani Tika.
Malam itu juga, kami pulang ke Magelang bersama motor smash. Barang bawaan kami
sungguh banyak. Untunglah, kami tidak kehujanan sepanjang perjalanan.
Hari
Sabtu, tamu undangan orang tua saya mulai berdatangan. Berdasarkan adat yang
berlaku, mereka rata-rata membawa belanjan. Biasanya berupa kardus dengan isi
bahan makanan dengan dibungkus taplak meja. Masih menurut tradisi kami,
biasanya tamu yang membawa blanjan akan dibawai oleh-oleh berupa nasi lengkap
dengan lauk-pauk.
Keluarga
besar saya hadir hari itu juga. Sebagaian besar pulang dan sebagian kecil
menginap untuk membantu kerepotan kami dan menyaksikan acara hari minggunya.
Sabtu sore, kami masih sempat ke Muntilan untuk potong rambut dan makan kupat
tahu di Jl. Jenderal Sudirman Magelang. Anjar kawan saya SMP, terpaksa tidak
bisa saya temui karena saya sedang diluar. Malam minggunya, saya yang sebagai
pengantin masih harus membantu menyiapkan soundsystem dan dekorasi. Juga
menemani para pemuda yang membantu untuk sekedar ngobrol dan minum kopi hingga
pukul dua belas.
#Minggu,
11 Januari 2015
Minggu
pagi, rias manten yang saya pesan tampaknya belum juga konfirmasi. Celakanya,
mungkin saat itu ibuknya salah memasukkan nomer hape saya. Saya dan Tika pagi
itu juga cus ke Muntilan ke rumah si perias dan bertemu anaknya. “Sudah
berangkat sekitar setengah jam yang lalu ke Pabelan” jawabnya.
Sampai
rumah, kami langsung mandi dan dirias dirumah Mbak Uprit. Agak terganggu juga
sih dengan tingkah para perias yang sedikit terkesan asal-asalan. Saya dan Tika
tidak menggantungkan ekspektasi tinggi. Dalam hati kami yang ada hanyalah :
cepat ndang selesai ndang bar. Terus terang saja kami sudah capek dengan urusan
nikah yang bikin pusing ini. Syukurlah, meski hasil akhirnya menurut kami tidak
maksimal, jam sepuluh tepat acara bisa dimulai. Mertua dan rombongan dari Ngawi
juga sudah datang dan parkir bis besar nunut di Pondok Pabelan.
Seperti
resepsi sederhana yang menjadi adat ditempat saya, hanyalah sebuah resepsi
dengan acara formal dilengkapi dengan ceramah dibagian akhir. Secara umum, saya
merasa acara cukup sukses dan kondusif.
Lepas
jam dua belas setelah acara formal selesai, kawan-kawan saya yang saya undang
jam satu siang sudah berangsur datang bergantian. Awal-awal saya melihat masih
bisa mengontrol, tapi saat teman-teman komunitas saya (Komunitas Kota Toea
Magelang) hadir dengan jumlah sekitar 50 orang itu, saya terus terang mulai
panik. Tempat yang terbatas dan juga meja makan yang sangat terbatas. Saya baru
tahu setelah acara berakhir bahwa ini diluar ekspektasi orang dapur. Suguhan
banyak yang kurang sehingga terpaksa dibelikan lauk-pauk diwarung sekitar. Saya
jadi merasa tidak enak hati dengan teman-teman. Tapi untunglah, meski sedikit
repot, acara tetap lancar.
Satu
kawan spesial saya yang datang dari jogja adalah mas Dimas Daniel. Dia penyiar
radio dan selama ini rajin koment di blog saya. Kegemaran kami sama, tentang
kajian bioskop terutama bioskop daerah. Dan ini pertama kami bertemu. Dia
tinggi dan saya kalah tinggi dan kalah keren. Mungkin saya hanya menang satu
aja. Menang menikah duluan. Hehehe..
Hingga
pukul setengah tiga sore, tamu mulai sepi. Kami pun bergegas ganti pakaian.
Sementara beberapa tamu tampak masih datang. Tratak dan meja kursi serta
perlengkapan lain segera dikemasi sesuai dengan kebiasaan ditempat kami. Hari
itu, hingga sore dan malam hari, kami masih kedatangan tamu yang terakhir
hingga pukul sembilan. Kami pun mengakhiri hari itu dengan membuka kado,
sumbangan dan mencatatnya pada neraca keuangan. Halah..
Sehari
kemudian, saya berusaha langsung membereskan semua perlengkapan menikah.
Termasuk memberi honor kepada beberapa orang yang telah membantu pada acara
inti. Semua yang terkait dengan pinjam meminjam, hari itu lunas tuntas hingga
90 persen. Malamnya, mumpung saya masih dirumah, sekaligus kami adakan acara
penutupan panitia secara kecil-kecilan.
Hari
terakhir kami cuti, Selasa 13 Januari, saya gunakan untuk mengurus surat pindah
dan menikmati sop senerek Pak Parto di kawasan Njuritan Magelang dan malamnya
dibawah terpaan hujan deras, kami berhasil sampai di Ungaran lagi dengan
selamat dirumah baru kami! Yes! Bersih-bersih rumah dan tidoooorrr…
**
Akhirnya,
acara pernikahan yang dirancang jauh-jauh hari ini bisa terlaksana dengan baik
meski masih menyisakan utang di bank. Kami bersyukur secara umum semua berjalan
lancar.. Mulai sekarang kami mulai menata kehidupan baru. Doakan kami semoga
lancar dan bahagia, ya! :)
Referensi :
1) Bis Sumber Waras
Jl. Bypass Soekarno Hatta Magelang
081915465599
2) Parcel Buah Solo
Pasar Gede Surakarta
0271-639149 ( Bu Purwanti)
3) Percetakan Subur Jaya Ungaran
081325657300 (Ratno)
4) Toko pernak pernik pernikahan
Pasar Johar Lantai I Pojok
3) Percetakan Subur Jaya Ungaran
081325657300 (Ratno)
4) Toko pernak pernik pernikahan
Pasar Johar Lantai I Pojok
Dan ini daftar pengeluaran menikah saya yang sebenarnya ada yang terlewat dimasukkan. Yaitu undangan 935,000 dan souvenir 825,000,- (click to enlarge)
No comments:
Post a Comment