Monday, June 1, 2015

Ke Salatiga? Nguliner Yuk!

Pecel Keong Mbak Toen Muncul

Warung itu terlihat sederhana saja. Lokasinya persis di depan Pemandian Muncul. Terlihat sebuah papan nama berbahan busa yang tampak kusam didepannya. Sementara itu, berdiri berjejer beberapa toples kerupuk warna hijau yang memajang beberapa olahan keripik berbahan dasar ikan air tawar. Siang itu Jumat (22/5/2015) Warung Makan Mbak Toen kelihatan cukup ramai. Ada beberapa mobil dan motor terparkir.
 
Saya dan Tika langsung saja masuk dan memutuskan untuk makan di tempat lesehan. Persis disebelahnya. Warung itu tidak luas. Ada meja yang melingkar memajang aneka masakan, gorengan, kerupuk dan lain-lain. “Pecel keong, ya mbak?” pesan saya kepada mbak penjual. “Sini, apa lesehan? Kalau lesehan silakan tulis saja” jawabnya sembari memberi saya selembar kertas pesanan dan pulpen.
 
Akhirnya kami memesan pecel keong, pecel mujahir, satu ons kripik wader, satu mangkuk ketan kolak, dan segelas esteh. Bila kita memesan dengan menulis, jangan lupa tuliskan nama kita. Setelah barang sepuluh menit menunggu, pesanan kami datang. Yey~. Pecel keong ini sebenarnya sudah lama saya ketahui dari media sosial. Tapi saya nggak nyadar aja kalau kuliner ini ternyata merupakan salah satu yang khas di kawasan Salatiga.

Seporsi pecel keong berisi nasi dengan porsi yang banyak, sayur, mie, beberapa kecambah, bumbu pecel dan tentu saja.. Oseng-oseng keong! Saya baru kali ini makan oseng keong. Setelah saya coba, rasanya kenyal-kenyal gimanaa gitu. Citarasanya tercecap rasa jahe dan rempah-rempah khas masakan Jawa. Manis, pedes.. unik enak! Dan tidak amis sama sekali.
Pecel Keong dan Ketan Kolak
Sementara itu, pesanan Tika, seekor mujahir goreng dihidangkan tersendiri. Besarnya kira-kira satu telapak tangan orang dewasa. Begitu mencuil dan menyicip.. wow! Rasa asinnya meresap hingga daging terdalam. Untuk melengkapi santap siang ini, kami ditemani semangkuk wader kripik. Wader yang merupakan ikan air tawar kecil kecil ini digoreng garing dengan tepung. Kriuk-kriuk lezat :D

 Satu lagi yang membuat kami penasaran adalah Ketan Kolak. Apa lagi ini. Semangkuk kolak pisang ditambah sebongkah ketan. Berhubung porsi makan kami sudah terlalu banyak, ketan kolak ini agak terasa enek. Tapi sebenarnya kalau kolak ini dimakan begitu saja tanpa makan nasi sebelumnya, rasanya seger, men! Seger dan kenyang tepatnya. Hehehe..

Menurut informasi, warung pecel yang terletak di Jl. Raya Ambarawa – Salatiga, Muncul Kecamatan Banyubiru ini telah beroperasi sejak 1952. Wah, sudah lama juga ya ternyata. Sudah melegenda. Jadi bagi anda yang sedang berada di daerah Ambarawa/Salatiga, tidak ada salahnya untuk mencoba kuliner khas ini. Warung buka dari pagi hingga sore hari. Untuk harga-harga berada di kisaran 8 – 20 ribu rupiah.

Warung Mbak Yati

Sebagai orang yang sering bolak-balik ke Salatiga, saya merasa belum begitu sukses meng-unlocked kota ini pada malam hari karena baru  dua kali menginap di Salatiga. Mungkin saya termasuk beruntung, karena dua kali menginap di Salatiga, dua-duanya di hotel bintang 4. Dan gratis :D

Pertama dulu saya menginap di Grand Wahid saat acara dengan program Kampung Literasi. Dan yang kedua kemarin, saya bermalam di Laras Asri Resort and Spa.

Malam-malam di Salatiga, kami hendak menghunting kuliner yang kira-kira khas. Kalau Ronde sih, sudah biasa. Beruntung, malam itu saya dijamu oleh teman lama saya, Cristine dan Freddy juga anaknya Felicia yang berumur 3,5 tahun. Granmax hitam mereka membawa kami keluar dari hotel membelah kota Salatiga.
 
Sebagai follower, kami mengikut saja. Akhirnya mobil kami menepi di Jl. Brigjend Sudiarto, dekat dengan lapangan Pancasila. “disini ada mie godog babat enak” kata Freddy mengiming-imingi. Wah, warung sempit itu ternyata rame gilak, men! Pembelinya tua dan muda campur semua. Kami bahkan sampai harus waiting list sebentar. Makanan yang bisa kita dapatkan disini merupakan makanan khas malam hari seperti nasi/mie goreng, mie godog, juga babat gongso.
 
Babat Gongso dan Nasi
Akhirnya kami mendapatkan meja juga. Kami memesan mie godog babat, nasi goreng dan saya sendiri memilih babat gongso. Hawa kota Salatiga memang dingin, karena berada di kaki Gunung Merbabu. Makan yang hangat-hangat seperti ini pasti enak. Nyam! Akhirnya saya langsung menikmati hidangan makan malam ini. Bulir-bulir nasinya ‘pero’ alias tidak lengket satu sama lain. Nasi yang pantas untuk digoreng. Hahaha.. kuah gongso yang kehitaman ini rasanya cenderung manis. Babatnya kenyal-kenyal enak. Porsi menu-menunya juga tidak sadis. Tidak banyak, dan tidak sedikit. Yang sedang-sedang sajaa~. Singkat saja, makan disini ternyata enak. Nggak heran deh, kalau warung langganannya Freddy sejak dia kuliah ini sampai sekarang ramai terus.


**
Resto Alam Segar - M(i)lk Susu
 
He asked me “Is this milk fresh?”
I tell “three hours ago it was grass”

Kota Salatiga, semakin malam semakin dingin saja. Kami diajak untuk menjajal sebuah resto.. atau kafe susu segar di sekitar luar kota. Tempatnya berada dekat dengan agrowisata Salib Putih di Jl. Hasanuddin. Jalan arah ke Kopeng bila dari Salatiga. Disana ada sebuah rumah bermodel semi joglo. Setahu saya resto ini belum lama buka. Barangkali baru sekitar satu tahunan.
 
Bangunan itu didominasi bahan dasar kayu. Pukul setengah delapan malam, sudah cukup sepi aja ini warung. Kami pun langsung memilih salah satu meja yang unik. Bersebelahan dengan kolam. Sesuai dengan namanya, ‘M(i)lk Susu’ tempat ini menyediakan aneka olahan susu segar. Ohya, untuk informasi saja, lokasi resto yang hampir berbatasan dengan daerah Getasan- Kabupaten Semarang ini memang memiliki komoditi lokal susu sapi. Jadi tidak heran, kalau di wilayah ini banyak produsen susu segar.

Kami memesan masing-masing segelas susu cokelat dan tiramisu. Juga dua porsi kentang goreng untuk sekedar menemani obrolan kami malam itu. Susunya memang segar. Hangatnya sejenak mengusir dingin. Kebetulan, kafe ini tutup pada pukul delapan malam. Om pemilik resto dengan sopan memberitahukan kami dan mempersilakan kami untuk tidak terburu-buru.
 
Oya, fasilitas yang disediakan juga komplit. Ada mushola, toilet, dan yang pasti semua meja kursinya terbuat dari kayu. Bahkan diruang agak dalam, ada juga ornamen gebyok kayu lengkap.

Bicara soal harga, jangan khawatir. Disini segelas susu murni maupun campuran, dihargai dari 6-10 ribuan saja. Juga ada beberapa pilihan makanan ringan lain untuk menemani menyerutup susu. Dan bila masih lapar, tersedia juga aneka masakan seperti ayam goreng/bakar, bebek goreng dan rawon.

Nah, itu saja sekilas kuliner asik di Salatiga yang bisa kita temukan tanpa merogoh kocek terlalu dalam. Selain itu, sebenarnya masih ada kuliner lain yang ingin saya coba seperti Pecel Madya yang melegenda, atau Es Kobra yang katanya terkenal. Ke Salatiga? Nguliner Yuk!

Posting ini untuk meramaikan lomba blog yang diadakan @BlogJateng2015. Yuk, ikutan lomba nulis blog dengan tema Kuliner Jateng.. Hadiahnya keren, loh. Kalian bisa ikutan trip gratis ke destinasi wisata Jateng, dan juaga berkesempatan menginap gratis di Hotel Horison Purwokerto. Info selengkapnya silakan dibaca disini, ya
 

Note : Thanks for Cristine & Freddy karena kami sudah ditraktir makan-makan. GBU ;)

4 comments:

  1. Setelah baca ini jadi kepingin berburu Pecel Keong. Ngileerrrr cah >.<

    ReplyDelete
  2. @Jejakbocahilang : Wahh kirain udah pernah nyoba, Koh.. kapan-kapan nyoba ya.. sekedar info. Porsi nasi, defaultnya banyak.. saya aja terlalu banyak, nanti makan ketan kolaknya jadi nggak habis :D Juga kalau nggak suka pecel, bisa pesen keong + lalapan + sambel :)

    ReplyDelete
  3. Meski sangat sepakat Pecel Keong Mba Toen itu maknyus banget, boleh ya sedikit kritik. Setahu saya, Desa Muncul itu masuk Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, bukan Kota Salatiga. Ya walaupun sama-sama Jawa Tengah, cuma akan lebih perfect kalo kita infokan hal yang tepat. CMIIW .. :D

    ReplyDelete
  4. @Mb Azizah : Iya mbak.. Waktu itu saja juga baru ngeh kalo ikutnya Banyubiru Kab Semarang. Thanks koreksinya :)

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...