Tuesday, July 28, 2015

Gunung Lenteng, Tradisi Tahunan Masyarakat Gunung Bakal

Peringatan hari Maulid Nabi sebagai salah satu hari besar dalam agama Islam seringkali diperingati dengan kegiatan religi yang biasanya berupa pengajian. Tetapi, sekali waktu tengoklah suasana perayaan adat di Tempuran, Magelang.

Setiap hari libur tahunan yang jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal penanggalan hijriah atau 12 Mulud versi penanggalan Jawa, umat muslim di Kecamatan Tempuran menyambut dengan sukacita. Mereka mengadakan sebuah acara tradisional bernama Gunungan. Kegiatan tersebut terpusat di sebuah dusun bernama Gunungbakal yang secara administratif masuk di Desa Sumberarum.

Ada apa di Gunungbakal?
**
Gunung Lenteng
Pagi hari itu, pukul setengah tujuh, saya dengan Kuncoro berangkat ke Masjid Baiturrohim untuk mempersiapkan Gunungan Lenteng. Kuncoro merupakan salah satu panitia Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) Gunungan di Gunungbakal. Di dalam ruang utama masjid tampak beberapa batang debog pisang yang akan digunakan sebagai media untuk menancapkan lidi aren.

Lidi-lidi yang jumlahnya ratusan tersebut akan dipasangi dengan beberapa makanan antaran lain kerupuk lenteng, rengginan, dan beberapa buah seperti jambu, rambutan ataupun potongan semangka. “Lenteng sendiri merupakan sebuah makanan khas dari Gunungbakal” cerita Kuncoro. Ia lalu menambahkan bahwa lenteng tersebut berbahan dasar beras ketan yang sudah ditumbuk, diberi bumbu, dibuat menjadi adonan, dan dicetak pada daun pisang untuk dijemur baru kemudian digoreng. “prosesnya membutuhkan waktu sekitar 3 hari hingga satu minggu. Mereka yang membuat adalah masyarakat sekitar” tambahnya.

Sembari membantu Kuncoro menyelesaikan pekerjaannya, saya mendengarkannya bercerita tentang sejarah acara adat Gunungan. Alkisah pada waktu agama Islam dibawa masuk oleh salah seorang pendakwah bernama Raden Sayid Ahmad, masyarakat setempat saat itu sering melakukan sesajen hasil bumi ditempat-tempat tertentu yang dianggap keramat. Meskipun masyarakat sudah banyak yang memeluk agama Islam, tetapi kegiatan tersebut masih dilaksanakan. Untuk meluruskan perilaku tersebut dan menjauhkan dari kemusyrikan, maka Raden Sayid Ahmad berinisiatif untuk membuat makanan yang biasa dibuat sebagai sesajen untuk dikumpulkan di masjid dan dimakan beramai-ramai. Kebetulan pada waktu itu, sesajen yang paling utama menurut masyarakat adalah berbahan beras ketan. Sehingga hingga saat ini dua komponen penyusun Gunungan Lenteng juga berbahan beras ketan, yaitu lenteng dan rengginan.

Seorang pengunjung melihat Gunung Lenteng
**
Jalan kampung menuju Masjid Baiturrohim menjelang siang dipadati oleh pengunjung dan para pedagang. Setelah memarkir kendaraan pada kantung-kantung parkir yang telah disediakan oleh panitia, maka pengunjung harus berjalan kaki menyusuri hiruk pikuk pedagang. Pedagang itu berasal dari berbagai daerah dengan menjajakan aneka dagangan. Mulai dari pakaian, peralatan sehari-hari, mainan anak-anak, hingga berjualan hewan-hewan seperti ayam warna-warni, kepompong, bahkan burung emprit. Mereka mengaku memesan tempat sejak sebulan sebelum kegiatan diadakan, karena takut kehabisan tempat.

Setelah berjibaku dengan keramaian, dan berdasar petunjuk jalan, para pengunjung baru dapat mendekati masjid melalui pintu samping. Disana, orang-orang yang penasaran dengan Gunung Lenteng harus sabar sebentar karena antriannya banyak. Sandal ataupun sepatu bisa kita masukkan kedalam kresek yang telah disediakan oleh panitia.

Gunungan Lenteng tersebut berada ditengah ruangan utama masjid dan berukuran sekitar 4 meter persegi dengan tinggi sekitar 2 meter. Adapun fisik Gunung Lenteng tersebut merupakan kumpulan makanan yang ditancapkan ke lidi aren, dan lidi-lidi tersebut ditancapkan di debog pisang hingga membentuk struktur gunung. Bila acara selesai nantinya, lidi-lidi dan makanan tersebut akan dibagikan kepada para pengunjung.

Penerbangan Balon Udara
Waktu mendekati siang, acara kemudian akan dilanjutkan dengan pengajian. Beberapa yang pernah mengisi ceramah di acara Gunungan tersebut antara lain Gus Yusuf Tegalrejo dan Kyai Hasan dari Purworejo. Adapun jamaah pengajian biasanya selain dari wilayah Magelang, juga berasal dari luar kota seperti Temanggung dan Jogjakarta.

Acara Gunungan sebagai bagian dari perayaan hari Maulid Nabi tersebut akan berakhir saat menjelang dhuhur. Sebelum acara selesai, seperti tradisi yang sudah berlangsung, diadakan acara penerbangan balon udara. Balon tersebut berbahan dasar kertas pilus, kertas kayu, lem/solasi, bambu dan kawat. Pemuda setempat-lah yang membuat balon tersebut. Balon udara tersebut berbentuk gelembung besar dengan diameter terpanjang mencapai sekitar 4 meter. Tidak hanya itu, balon juga dilengkapi dengan rentengan mercon yang akan meledak berurutan setelah sesaat diterbangkan.
Penerbangan Balon Udara

Acara gunungan ini menurut Ahmad Jadin - tokoh masyarakat setempat, merupakan acara yang diadakan secara turun menurun dan dipercaya telah diwariskan langsung oleh Raden Sayid Ahmad yang kini jenazahnya dimakamkan dibelakang Masjid Baiturrohim. Adapun setiap tahun, pengunjung cenderung mengalami kenaikan. Semoga acara gunungan tersebut bisa terus dilestarikan karena selain mendatangkan berkah kepada masyarakat setempat, juga menjadi daya tarik tersendiri untuk para wisatawan.

Jadi, bila tahun depan ada hari libur Maulid Nabi, tidak ada salahnya anda berkunjung ke Gunungbakal untuk melihat langsung gunungan lenteng dan penerbangan balon udara tersebut. Berikut ini saya lampirkan peta untuk menuju ke sana.
Peta Gunung Bakal
                                          

Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Jateng 2015 Periode 4 dengan tema “Event Budaya/Wisata Jawa Tengah”. Kalau kamu ingin ikutan juga, silakan klik gambar dibawah ini atau klik disini untuk informasi selengkapnya.





 Note : Foto balon udara milik pribadi terformat jadi dipinjam dari sini

6 comments:

  1. Wahh seru jee, jadi pingin lihat tahun depan. Tapi masih belum bisa bayangin gimana bentuk Lenteng, jarang atau malah mungkin nggak dibikin di Solo ya hehehe

    ReplyDelete
  2. @Halim_san . Kalau senggang, lihatlah kesana. Lenteng itu kayak kerupuk cuma rasanya gurih-gurih gitu. Nanti mampir saja ke rumah budehku. Tak kasih lenteng yang masih mentah. bisa digoreng/dibakar :D

    ReplyDelete
  3. Hehe... ikut penasaran dg Lenteng nya juga... Seperti 'krupuk karag' kah? Ah iyaa....balon besar + rentengan merconnya itu seperti di Pekalongan saat syawalan yaa... :)

    ReplyDelete
  4. @Mechta : Kalau karag dari nasi beras. Kalau ini dari tepung ketan. Lebih lengket dan pulen :D

    betul spt Syawalan Pekalongan ;)

    ReplyDelete
  5. lentengnya itu di buat dari beras ketan yg ditumbuk. kalo mau lihat proses buatnya, besok datang kesananya lebih awal saja, satu sampai dua minggu sebelum maulud nabi.
    tp tahun ini udah gak pake mercon lagi balonnya. minta doanya saja semoga sukses acara maulud nabi tahun ini

    ReplyDelete
  6. @ Muh Kusnen :

    Ok mas. Saya adiknya mas Kun

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...