Akhir tahun 2012, saya mengenal Tika secara
tidak sengaja. Dia adalah salah satu mahasiswa yang kebagian magang di kantor
saya. Di kantor, tentu saya yang paling cakep karena tinggal saya yang masih
bujang. Setelah beberapa waktu bertukar nomor HP dan medsos, akhirnya kami pun
berteman dan semakin dekat dari hari ke hari.
Tiga bulan pasca ia selesai magang dan
melanjutkan kesibukannya di kampus di Surabaya sana, akhirnya kami pacaran.
Dari waktu ke waktu, rasa sayang saya sama dia semakin membuncah. Dan di tahun
yang sama saya memberanikan diri melamarnya. Bagi saya ia merupakan sosok yang
tepat untuk mendampingi hidup saya. Antara orang yang tegas, pintar, tapi juga
bisa melankolis dan berperasaan.
Kini, dua tahun lebih kami telah menikah dan
dikaruniai seorang putri yang cantik. Dayu namanya. Selama berumah tangga
sejauh ini semua tampak menyenangkan. Tentu ia bukan istri yang segalanya
sempurna. Terkadang, saya masih harus repot sendiri membuat teh atau kopi di
pagi hari. Namun saya anggap biasa saja karena memang saya telah terlanjur
menyayangi ia, apa adanya.
Selama menjalani waktu pacaran, menikah
hingga sebelum punya anak, Tika sudah paham hobi dan kegemaran saya. Salah
satunya adalah #bioskoptour. Yang memang sudah saya gemari sedari dulu. Bersama
Tika, saya sudah beberapa kali mengunjungi bioskop-bioskop non21.
Selama tahun 2013, kami telah mengunjungi 3
bioskop. Pertama kali kami datang ke New Star Cineplex (NSC) Timbul Jaya
Madiun. Merupakan bioskop pemain lokal yang dikelola dengan lumayan bagus. Di Madiun,
NSC juga hadir di Sun City Festival Mall yang mengusung konsep lebih modern.
Ticket box NSC Group |
Lain halnya saat kami menyambangi sebuah
bioskop bekas yang dibangun kembali, masih oleh grup NSC. Ya, di kota Kudus,
bekas lokasi bioskop Empire yang lama tidur kembali diaktifkan. Dengan penataan
dan konsep yang fresh, bioskop tersebut rupanya bisa mengembalikan minat
masyarakat menonton. Tidak perlu jauh-jauh ke Semarang, misalnya – untuk menonton
film terbaru. Karena di NSC selain menggunakan teknologi terkini, filmnya juga up to date.
**
Menyewa
Satu Studio Berdua
Suatu siang yang panas di Tahun 2014, kami
sampai di parkiran Matahari Singosaren Solo. Menurut informasi yang berhasil
saya kumpulkan, bioskop Studio Singosaren ini akan tutup sebentar lagi. Setelah
melihat – lihat interior bioskop yang terlihar klasik dan sepi, kami menghampiri
petugas loket. Tidak ada film terbaru di deretan jadwal tayangnya. Semua film
lawas. Apa boleh buat, untuk mengobati penasaran, kami pun memesan dua tiket
untuk jam tayang terdekat.
Lobbi Studio Singosaren |
Tidak ada penyobekan tiket di pintu masuk
studio. Kami pun bebas memilih tempat duduk di manapun. Di dalam studio tampaknya memang
belum ada penonton lain yang sudah masuk duluan alias hanya kami berdua. Hingga
film di putar, nyatanya memang hanya kami berdua yang menonton.
Kondisi bioskop ini sebenarnya bisa dibilang
masih layak. Penataan studio yang sudah bagus, deretan kursi yang masih baik
dan kondisi secara umum masih bagus. Hanya saja, untuk teknologi yang digunakan
memang masih tertinggal, proyektor analog dengan tata suara yang – maaf, jelek.
Siang itu, kami tidak menonton film hingga berakhir karena rasanya AC di dalam
studio sudah tidak bekerja maksimal sehingga terasa agak panas.
**
Menikmati
Bioskop Klasik di Kediri
Menikmati liburan pertengahan tahun di 2014,
saya dan Tika melancong ke Kediri, kota Tahu. Di temani motor rental, dengan
mudah kami menelusuri jalan-jalan di Kota Kediri yang sama sama belum pernah
kami datangi.
Malamnya, kami membelokkan motor di parkiran
Golden Swalayan dimana bioskop satu-satunya di Kota Kediri ini berada. Setelah
masuk, suasana klasik pun terasa. Deretan poster yang menghias disepanjang
tangga naik, suasana loket yang masih terasa seperti tahun 90-an, dan lobi yang
unik.
Lobbi Golden Theater |
Belum cukup itu saja, ternyata didalam
studio kondisinya malah makin membuat saya takjub. Yang pertama adalah adanya
toilet di dekat pintu masuk studio, mengingatkan saya pada konsep bioskop jaman
dahulu. Kemudian, tirai layar yang kemerahan terbuka perlahan-lahan dengan
model lawas.
Studio Golden Theater |
Tetapi bioskop yang lawas ini ternyata
adalah salah satu yang bisa bangkit. Di tengah industri bioskop lawas yang
gulung tikar karena munculnya pemain bioskop modern, Golden justru melihat
peluang untuk men-digital kan bioskopnya.
Akhirnya setelah upgrade proyektor
dan soundsystem kualitas menonton di
Golden terasa senyaman nonton di bioskop modern. Tampilannya yang klasik justru
membuat bioskop ini terasa unik dan beda.
Sudah lama, Tika ingin mencoba menonton di
bioskop IMAX. Saya sendiri sudah pernah menonton di IMAX Keong Mas dengan
layarnya yang super besar itu. Tapi Tika belum pernah. Disamping sekarang ini
kami sudah mulai sibuk dengan kegiatan kami mengasuh anak, juga IMAX di
Indonesia masih sedikit jumlahnya. Apalagi lokasi studio IMAX saat ini sebagian
besar baru beroperasi di Jabodetabek sana.
Maka dari itu, suatu saat nanti saya ingin
sekali menghadiahinya voucher tiket nonton Studio IMAX. Saya rasa itu adalah hadiah
yang paling pas untuk dia dan juga untuk mengingatkan kembali pada kegiatan favorit
kami dahulu.
Ket : Semua gambar milik pribadi
Salam #bioskoptour!
ReplyDeleteHahaha.. dolan sini mas ke Ungaran. Tak ajak lihat bekas bioskop wkwkwk
Delete