Pak Teguh dan Pak Titut mengantarkan kami melibas keluar
kota sebelah selatan. Beberapa kali klakson dibunyikan dan bunyinya meraung
seperti sirine ambulans. Kami menuju ke Desa Jimbaran Kecamatan Kayen. Disana
ada sebuah tempat wisata yang sedang booming.
Ada beberapa gasebo yang terhampar pada sebuah taman, sebuah pohon besar dengan
kandang merpati, dan juga sebuah waduk luas
yang airnya berasal dari dalam goa. Nah!
“Goa ini ditemukan sudah lama. Sekitar tahun 1993. Pada
waktu itu kawasan ini sempat dikembangkan dengan dibangunnya waduk dan sebuah
rumah makan apung yang kini sudah tidak ada lagi. Tanah disekitar sini saat ini
sudah dibeli dan menjadi aset Pemkab. Namun pengelolaan kawasan ini diserahkan
kepada kami pemuda dari Desa sekitar” Cerita Mas Najib, ketua Kelompok Sadar
Wisata (Pokdarwis) setempat. Dia lalu menjelaskan bahwa saat ini sedang
dikerjakan penataan taman untuk mendukung obyek wisata itu. Anggarannya berasal
dari para donatur dan swadaya masyarakat. “Murni tanpa APBD” tutupnya.
Mas Ntoyo, Saya dan Mas Najib |
Goa Pancur itu berada pada sebuah kaki bukit kapur.
Bagian dari pegunungan Kendeng utara. Saya dan Mas Nyoto berkesempatan untuk
melakukan susur goa bersama mas Najib dan Mas Ntoyo. Sialnya, baju ganti kami
tertinggal di mobil Kijang yang kami parkir di Dinbudpar Pati. Kami akhirnya
merelakan berbasah-basah daripada nanti menyesal. “Mumpung sampai sini, mas”
ujar mas Nyoto. Yup, peralatan sudah siap, berupa rompi keselamatan dan juga
helm. Mereka juga membawa senter seadanya. Kami pun mulai menyemplung ke mulut
goa dan langsung disambut kedalaman hingga perut-dada. Pada awal-awal, yang
terpijak dikaki adalah kerikil-kerikil, dan beberapa batu besar. Mas Najib
berulangkali mengingatkan kami apabila kami akan melewati sebuah batu yang
tidak terlihat dari permukaan air. Takut kesandung. Lebih dalam sedikit, tanah
mulai terasa berlumpur. Kami harus hati-hati sebab dengan tanpa alas kaki,
kemungkinan untuk tersandung atau minimal menginjak bebatuan runcing begitu
besar.
Goa ini sungguh indah. Ukiran stalaktit terhias diatap
goa. Diselingi beberapa kelelawar berkepala cokelat kemerahan. Beberapa kali
terasa tetesan air dari atas. Kamera pocket saya tidak bisa menghasilkan gambar
bagus dalam cahaya yang minim. Akhirnya, setelah melewati sebuah lorong sempit,
kami sampai pada Pancuran pertama. Adalah sebuah jalur air yang cukup deras, dengan
ruangan luas. Dibalik itu ada sebuah jalan kecil dan juga lorong sempit untuk
melanjutkan hingga akhir goa. “Panjangnya sekitar 827 meter” Jelas Mas Najib. Mengingat
waktu yang terbatas, tidak mungkin kami melanjutkan lagi. Ditambah lagi, kaki
kami juga sudah mulai capek, serta saya juga tidak biasa berada dalam kegelapan
seperti ini terlalu lama :D
Akhirnya
seperti kesepakatan, kami putuskan untuk keluar melalui jalur yang sama.
Bagaimanapun juga, kami sudah puas hanya sampai pada kisaran 100 meter pertama
ini. Bila kita melanjutkan, kita akan menemuni beberapa spot menarik seperti
Batu Semar, dan Batu Petak Sawah. Ah, lain kali semoga saya bisa kesini lagi ;)
Goa Pancur
Desa Jimbaran, Kecamatan Kayen
Kabupaten Pati
Informasi/Janjian Susur Goa
CP : Najib (0857 999 519 55)
Goa Pancur
Desa Jimbaran, Kecamatan Kayen
Kabupaten Pati
Informasi/Janjian Susur Goa
CP : Najib (0857 999 519 55)
Kembali ke "Rupa-rupa Pati"
No comments:
Post a Comment