Pagi ini (Selasa, 12/5/2015) Warung Makan Soto Bu Jatmi
terlihat cukup ramai. Warung yang ada di ruas Jalan Wahid Hasyim, Kudus itu
selain menyajikan soto juga menyajikan aneka jus buah. Tepat disebelah meja
makan kami ada puluhan jeruk ‘glundung’ – jeruk dengan ukuran super berkulit
hijau yang ditata bertumpuk.
Dari luar rumah makan ini terlihat kecil. Tapi begitu
masuk ke dalam, ternyata luas juga. Menempati tiga ruang bahkan. Saya yakin
soto yang maknyus ini merupakan salah satu yang terkenal. Indikatornya,
terlihat dari banyaknya kalender yang terpasang.
Saya, Pak Lis dan Mas Nyoto sama-sama memesan satu
mangkuk soto kerbau. Iya, soto kerbau merupakan kuliner khas dari kota Kretek.
Beberapa iris daging kerbau, nasi, dan campuran lain diguyur dengan kuah yang
agak kental. Bila dibandingkan soto seger Boyolali, rasanya beda, ya. Kayak ada
manis-manisnya gitu. :D Harganya per porsi 10 ribu rupiah, belum termasuk minum
dan lauk-lauk lain seperti perkedel, tempe, atau sate-satean seperti pada soto
umumnya.
**
Sesampainya di Kota Pati, kami disambut oleh Pak Wiyadi
di kantornya. Lelaki berbatik merah itu yang akan memandu kami meng – eksplore
wisata Kabupaten Pati. “Nanti kita naik Jip. Sudah disiapkan khusus. Ada dua
buah” ujarnya. Wow! Benar saja. Dua buah jip berwarna hijau tua sudah terparkir
didepan kantor. Kami
pun bersiap untuk segera memulai adventure!
Paket Wisata Jeep
Adventure
Kami
dipandu oleh tiga orang pengurus Pati American Jeep. Sebuah komunitas penggemar
Jip di Pati. Masing-masing bernama Teguh, Titut, dan Mbak Yani. Jip kami melaju
membelah keramaian Pati. “Jip ini merk Willys dari Tahun 1948. Buatan Amerika. Semua
part masih asli. Ada STNK-nya” kata
Pak Teguh. Mobil dengan kemudi kiri itu tanpa penutup atap hingga kami dibuat
kepanasan. Meski yakin saya bakalan tambah hitam, tapi serunya melebihi apapun.
Terlebih saat melewati jalan-jalan kampung yang rusak, Jip ini sungguh sangat
tepat.
Tujuan pertama, kami meluncur ke Desa Sani, Kecamatan
Tlogowungu. Disana ada sebuah mata air bersejarah. Namanya Sedang Sani. Tapi
kami tidak beruntung karena sang juru kunci sedang ada kesibukan hingga kami
terpaksa masuk dengan menerobos pagar. Ada sebuah kolam air yang kondisi
permukaannya cukup kotor karena disekitarnya tumbuh pepohonan yang rindang dan
daunya berguguran ke air. Disampingnya ada semacam pendopo yang biasa digunakan
untuk bermeditasi.
“Suatu
hari Sunan Bonang sedang dalam perjalanan menuju ke Gunung Muria. Dia
didampingi dua orang abdinya. Mereka kehausan dan kegerahan karena terik
matahari. Sang Sunan pun menyuruh seorang abdinya untuk mencari air yang berada
dibawah pepohonan rindang seraya memberikan bekal sebuah tongkat. Begitu ditemukan
tempat yang dimaksud, tongkatpun ditancapkan dan memancarlah air hingga dalam
waktu singkat menjadi sebuah sendang. Sang abdi lupa diri, dia langsung minum
dan mandi. Karena tak kunjung kembali, Sang Sunan mencari keberadaannya dan
terkejutlah dia melihat abdinya tengah asik mandi. Dia ditegur dan dikutuk
menjadi seekor bulus sambil berujar : Kamu saya suruh tinggal disini untuk
menjaga sendang ini. Dan tempat ini kelak akan dinamakan dengan nama Sani.”
Begitulah kisah legenda terbentuknya sendang ini. Hingga saat ini
sendang ini menjadi salah satu jujugan wisata spiritual. “Biasanya orang kesini
untuk meditasi, selain itu tiap tanggal 12 Maulud disini diadakan sebuah
prosesi yang melibatkan keluarga Keraton Surakarta” jelas Pak Wiyadi. Selain
itu dia juga menyatakan bahwa dilereng bukit yang ada dibelakang sendang ada
makam Pragola. Pragola sendiri merupakan salah seorang tokoh sentral dalam
sejarah perkembangan Kabupaten Pati bersama dengan Adipati Jayakusuma pada masa
pemerintahan Mataram.
Pak Wiyadi dan Pak Lis, Kompleks Makam Pragolapati |
Kompleks
pemakaman itu bergaya campuran Hindu dengan tatanan batu bata merah. Selain
Pragola, disana juga dimakamkan kerabat lain yang masih merupakan keturunan
dari Kerajaan Mataram. “Makam ini juga merupakan salah satu bagian dari Prosesi
Sendang Sani yang diadakan setahun sekali. Para kerabat keraton setelah
berziarah ke Makam Pragola, kemudian bermeditasi di Sendang Sani” tambah Pak
Wiyadi.
Taman Keluarga Sendang Tirta Marta Sani |
Kompleks tempat wisata ini kini sudah dilengkapi dengan
sebuah taman keluarga. Namanya Sendang Tirta Marta Sani yang merupakan sebuah
kawasan rekreasi keluarga yaitu tempat makan yang mengelilingi sebuah kolam.
Pengunjung bisa menikmati sajian masakan dengan kisaran harga 15-30 ribu rupiah
dan juga bisa menyewa wahana berupa sepeda air dengan tarif 8,000 rupiah. Bagi anak-anak, akan
semakin dimanjakan dengan adanya sebuah Waterboom disampingnya. Ada beberapa water slide alias prosodan dengan tiket
masuk 10,000 dan 12,000 dihari libur. Komplit, bukan?
**
Hari
semakin siang, dan kami melanglang kembali ke pusat kota untuk mencari makan
siang. Pujasera ditengah kota itu menjadi pilihan kami. Selain menawarkan
berbagai macam masakan, salah satu kios di pusat jajan yang bernama Pujapati
Roro Mendut itu juga menyediakan salah satu masakan khas Pati. Apalagi kalau
bukan Nasi Gandul? Hmm..
Saya
memesan nasi gandul dengan lauk kikil. Sajian ini ditaruh disebuah
piring dengan dialasi selembar daun pisang. Aroma daun pisang ini membuat
rasanya menjadi semakin nikmat :D . Lauk yang sudah kita pilih akan disajikan
terpotong-potong dan diguyurkan bersama kuah. Biasanya makanan ini disajikan
bersama tempe yang unik. Keunikannya terletak pada citarasanya. Bentuknya
tebal, tetapi rasanya renyah. Sangat pas dipadukan dengan nasi gandul yang
berkuah.
**
Lanjut ke "Serunya Susur Goa di Goa Pancur"
Untung kami membawa Jip terbuka. Celana dan baju kami
yang basah bisa cepat kering seiring dengan perjalanan menuju spot-spot
selanjutnya. Tidak jauh dari Goa Pancur, kami diajak mengunjungi sebuah punden.
Saya agak skeptis awalnya. Tempat itu bernama Punden Ki Ageng Simbar Joyo
Kusumo. Lokasinya terasa mistis. Ada sebuah bangunan kecil dengan sebuah benda
yang ditutup dengan kain putih. Dengan beberapa dupa didepannya. Sementara
disampingnya ada sebuah mata air yang mengalir dari sebuah pohon besar. Beberapa
anak tampak mandi disana. Masih dikompleksnya, ada juga sebuah pendopo yang
biasa digunakan sebagai tempat musafir untuk tinggal.
Saya disambut seorang bapak gondrong berkaus hitam. Dia
mengaku bernama Supriyadi Cemani, berasal dari Kediri. Pada penanggalan Jawa
seperti ini, dia mengaku setiap bulan Rajab/Rejeb mendatangi tempat ini untuk
bermeditasi/bertapa. “Lokasi ini dahulunya merupakan sebuah petilasan.
Petilasan ini lebih merujuk kepada tempat wasilah Ki Ageng Sumber Joyo dari Pajang.
Beliau pada jaman dahulu ditugaskan di daerah ini untuk melakukan pendekatan
politik kepada masyarakat untuk menyatukan kembali kerajaan Pajang”.
Selebihnya, dia bercerita kalau pada bangunan utama, merupakan sebuah pangkal
pohon yang tanpa daun tetapi hingga saat ini tidak pernah kering. Pangkal pohon
itulah yang diistilahkan sebagai punden pemujaan. Pada malam-malam khusus
seperti malam jumat, banyak orang berdatangan untuk berdoa ditempat ini. Pak
Supriyadi juga tidak menampik bahwa dari awal, tempat ini digunakan oleh orang
Islam abangan yang mempercayai tempat-tempat keramat bisa
mendatangkan berkah. Wallahu a’lam.
**
Lanjut ke "Sego Tewel Pati,Nikmatnya Murah!"
**
Keasikan
jalan-jalan di Pati menggunakan Jip, kami sampai lupa waktu. Saat masuk kembali
ke Kota, sudah lepas maghrib sekitar pukul enam sore. Jalanan mulai gelap dan
suasana kota Pati di malam hari cukup ramai. Sebelum kembali ke Kantor
Dinbudpar, kami mampir sejenak ke Rumah Dinas Kepala Bakorwil yang merupakan
bekas rumah dinas Residen. Karesidenan Pati sendiri saat itu membawahi Pati,
Kudus, Jepara, Rembang, dan Blora.
Bangunan itu berada diruas Jalan P. Sudirman. Dilengkapi
dengan sebuah danau didepannya, tampak bahwa gedung itu sangat luas.
Pilar-pilar kolom romawi yang artistik, dipadu dengan daun pintu dan jendela
yang tinggi. Menakjubkan. Saya lihat gedung itu sangatlah besar. “Bangunan ini
memang yang terluas daripada gedung Residen lain di Jawa Tengah. Selain itu,
ada juga sebuah ruangan yang dahulu pernah digunakan Presiden Soekarno saat
menginap disini. Dalam waktu dekat lokasi ini akan dikembangkan sebagai tempat
wisata cagar budaya”. Jelas Pak Wiyadi. Ruangan itu sedang direnovasi dan pada
bagian depannya tertempel foto sang Presiden.
Meski sudah lelah, saya salut dengan Pak Wiyadi yang
masih membujuk saya untuk mengunjungi bagian belakang gedung Residen. Ada
sebuah teras luas dengan koleksi beberapa foto serta tegel traso yang unik.
Tempat tersebut menghadap kepada sebuah bagian tamandimana dahulu digunakan
sebagai kandang kereta kuda. Amazing!
Kunjungan kami ke eks. Rumah Residen tadi menjadi akhir
dari petualangan kami bersama Pati American Jeep. Seru, kan? Mengunjungi Pati
dalam satu hari, jelas belum cukup. Masih banyak tempat wisata lain yang tidak
sempat kami kunjungi karena keterbatasan waktu. Tertarik untuk berpetualang seperti
kami? Informasi singkat yang saya dapatkan, ada beberapa paket wisata Jeep Adventure mulai dari 400 ribu
rupiah per empat orang per satu jip.
Ke
Pati, yuk!
Informasi Paket Wisata Jeep
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Pati
Jl. P. Sudirman 12, Pati
Telepon (0295) 385457
CP : Pak Wiyadi
Foto lainnya :
Makam Nyi Ageng Serang. Salah satu daya tarik wisata spiritual |
Sunset cantik tertangkap kamera saya di daerah Tambakromo. |
itu pasti seru naik jeep..
ReplyDelete@iJev : Yup. Kamu harus coba ya kapan2 :D
ReplyDeleteMakam Nyai Ageng Serang ? Kalo yang di Magelang arah Sendang Sono itu juga makam Nyai Ageng Serang ?
ReplyDeleteGapura Majapahit . Kerajaan yang paling saya kagumi karena kebesarannya ! Sayang lokasi bekas kerajaannya belum ditemukan pastinya . Dan ini ada Gapura Majapahit ... Mantaaap sekali ! Kita bisa melihat sebagian kecil peninggalan kerajaan Msjapahit
Pak Pesulap Asmudi ; saya koreksi pak. Yang benar makam yang di Pati adalah Nyi Ageng Ngerang. Makasih :D
DeleteUntuk Gapura Majapahit saya cantumkan keterangannya..