Tuesday, May 19, 2015

Rupa-Rupa Pati



Pagi ini (Selasa, 12/5/2015) Warung Makan Soto Bu Jatmi terlihat cukup ramai. Warung yang ada di ruas Jalan Wahid Hasyim, Kudus itu selain menyajikan soto juga menyajikan aneka jus buah. Tepat disebelah meja makan kami ada puluhan jeruk ‘glundung’ – jeruk dengan ukuran super berkulit hijau yang ditata bertumpuk.
 
Dari luar rumah makan ini terlihat kecil. Tapi begitu masuk ke dalam, ternyata luas juga. Menempati tiga ruang bahkan. Saya yakin soto yang maknyus ini merupakan salah satu yang terkenal. Indikatornya, terlihat dari banyaknya kalender yang terpasang.

Saya, Pak Lis dan Mas Nyoto sama-sama memesan satu mangkuk soto kerbau. Iya, soto kerbau merupakan kuliner khas dari kota Kretek. Beberapa iris daging kerbau, nasi, dan campuran lain diguyur dengan kuah yang agak kental. Bila dibandingkan soto seger Boyolali, rasanya beda, ya. Kayak ada manis-manisnya gitu. :D Harganya per porsi 10 ribu rupiah, belum termasuk minum dan lauk-lauk lain seperti perkedel, tempe, atau sate-satean seperti pada soto umumnya.

**
Sesampainya di Kota Pati, kami disambut oleh Pak Wiyadi di kantornya. Lelaki berbatik merah itu yang akan memandu kami meng – eksplore wisata Kabupaten Pati. “Nanti kita naik Jip. Sudah disiapkan khusus. Ada dua buah” ujarnya. Wow! Benar saja. Dua buah jip berwarna hijau tua sudah terparkir didepan kantor. Kami pun bersiap untuk segera memulai adventure!

Paket Wisata Jeep Adventure


Kami dipandu oleh tiga orang pengurus Pati American Jeep. Sebuah komunitas penggemar Jip di Pati. Masing-masing bernama Teguh, Titut, dan Mbak Yani. Jip kami melaju membelah keramaian Pati. “Jip ini merk Willys dari Tahun 1948. Buatan Amerika. Semua part masih asli. Ada STNK-nya” kata Pak Teguh. Mobil dengan kemudi kiri itu tanpa penutup atap hingga kami dibuat kepanasan. Meski yakin saya bakalan tambah hitam, tapi serunya melebihi apapun. Terlebih saat melewati jalan-jalan kampung yang rusak, Jip ini sungguh sangat tepat.

Tujuan pertama, kami meluncur ke Desa Sani, Kecamatan Tlogowungu. Disana ada sebuah mata air bersejarah. Namanya Sedang Sani. Tapi kami tidak beruntung karena sang juru kunci sedang ada kesibukan hingga kami terpaksa masuk dengan menerobos pagar. Ada sebuah kolam air yang kondisi permukaannya cukup kotor karena disekitarnya tumbuh pepohonan yang rindang dan daunya berguguran ke air. Disampingnya ada semacam pendopo yang biasa digunakan untuk bermeditasi.
 
“Suatu hari Sunan Bonang sedang dalam perjalanan menuju ke Gunung Muria. Dia didampingi dua orang abdinya. Mereka kehausan dan kegerahan karena terik matahari. Sang Sunan pun menyuruh seorang abdinya untuk mencari air yang berada dibawah pepohonan rindang seraya memberikan bekal sebuah tongkat. Begitu ditemukan tempat yang dimaksud, tongkatpun ditancapkan dan memancarlah air hingga dalam waktu singkat menjadi sebuah sendang. Sang abdi lupa diri, dia langsung minum dan mandi. Karena tak kunjung kembali, Sang Sunan mencari keberadaannya dan terkejutlah dia melihat abdinya tengah asik mandi. Dia ditegur dan dikutuk menjadi seekor bulus sambil berujar : Kamu saya suruh tinggal disini untuk menjaga sendang ini. Dan tempat ini kelak akan dinamakan dengan nama Sani.”

Begitulah kisah legenda terbentuknya sendang ini. Hingga saat ini sendang ini menjadi salah satu jujugan wisata spiritual. “Biasanya orang kesini untuk meditasi, selain itu tiap tanggal 12 Maulud disini diadakan sebuah prosesi yang melibatkan keluarga Keraton Surakarta” jelas Pak Wiyadi. Selain itu dia juga menyatakan bahwa dilereng bukit yang ada dibelakang sendang ada makam Pragola. Pragola sendiri merupakan salah seorang tokoh sentral dalam sejarah perkembangan Kabupaten Pati bersama dengan Adipati Jayakusuma pada masa pemerintahan Mataram.
Pak Wiyadi dan Pak Lis, Kompleks Makam Pragolapati

Kompleks pemakaman itu bergaya campuran Hindu dengan tatanan batu bata merah. Selain Pragola, disana juga dimakamkan kerabat lain yang masih merupakan keturunan dari Kerajaan Mataram. “Makam ini juga merupakan salah satu bagian dari Prosesi Sendang Sani yang diadakan setahun sekali. Para kerabat keraton setelah berziarah ke Makam Pragola, kemudian bermeditasi di Sendang Sani” tambah Pak Wiyadi.
Taman Keluarga Sendang Tirta Marta Sani

Kompleks tempat wisata ini kini sudah dilengkapi dengan sebuah taman keluarga. Namanya Sendang Tirta Marta Sani yang merupakan sebuah kawasan rekreasi keluarga yaitu tempat makan yang mengelilingi sebuah kolam. Pengunjung bisa menikmati sajian masakan dengan kisaran harga 15-30 ribu rupiah dan juga bisa menyewa wahana berupa sepeda air dengan tarif 8,000 rupiah. Bagi anak-anak, akan semakin dimanjakan dengan adanya sebuah Waterboom disampingnya. Ada beberapa water slide alias prosodan dengan tiket masuk 10,000 dan 12,000 dihari libur. Komplit, bukan? 

 
**
Hari semakin siang, dan kami melanglang kembali ke pusat kota untuk mencari makan siang. Pujasera ditengah kota itu menjadi pilihan kami. Selain menawarkan berbagai macam masakan, salah satu kios di pusat jajan yang bernama Pujapati Roro Mendut itu juga menyediakan salah satu masakan khas Pati. Apalagi kalau bukan Nasi Gandul? Hmm..


Saya memesan nasi gandul dengan lauk kikil. Sajian ini ditaruh disebuah piring dengan dialasi selembar daun pisang. Aroma daun pisang ini membuat rasanya menjadi semakin nikmat :D . Lauk yang sudah kita pilih akan disajikan terpotong-potong dan diguyurkan bersama kuah. Biasanya makanan ini disajikan bersama tempe yang unik. Keunikannya terletak pada citarasanya. Bentuknya tebal, tetapi rasanya renyah. Sangat pas dipadukan dengan nasi gandul yang berkuah.

**

Untung kami membawa Jip terbuka. Celana dan baju kami yang basah bisa cepat kering seiring dengan perjalanan menuju spot-spot selanjutnya. Tidak jauh dari Goa Pancur, kami diajak mengunjungi sebuah punden. Saya agak skeptis awalnya. Tempat itu bernama Punden Ki Ageng Simbar Joyo Kusumo. Lokasinya terasa mistis. Ada sebuah bangunan kecil dengan sebuah benda yang ditutup dengan kain putih. Dengan beberapa dupa didepannya. Sementara disampingnya ada sebuah mata air yang mengalir dari sebuah pohon besar. Beberapa anak tampak mandi disana. Masih dikompleksnya, ada juga sebuah pendopo yang biasa digunakan sebagai tempat musafir untuk tinggal.
 
Saya disambut seorang bapak gondrong berkaus hitam. Dia mengaku bernama Supriyadi Cemani, berasal dari Kediri. Pada penanggalan Jawa seperti ini, dia mengaku setiap bulan Rajab/Rejeb mendatangi tempat ini untuk bermeditasi/bertapa. “Lokasi ini dahulunya merupakan sebuah petilasan. Petilasan ini lebih merujuk kepada tempat wasilah Ki Ageng Sumber Joyo dari Pajang. Beliau pada jaman dahulu ditugaskan di daerah ini untuk melakukan pendekatan politik kepada masyarakat untuk menyatukan kembali kerajaan Pajang”. Selebihnya, dia bercerita kalau pada bangunan utama, merupakan sebuah pangkal pohon yang tanpa daun tetapi hingga saat ini tidak pernah kering. Pangkal pohon itulah yang diistilahkan sebagai punden pemujaan. Pada malam-malam khusus seperti malam jumat, banyak orang berdatangan untuk berdoa ditempat ini. Pak Supriyadi juga tidak menampik bahwa dari awal, tempat ini digunakan oleh orang Islam abangan  yang mempercayai tempat-tempat keramat bisa mendatangkan berkah. Wallahu a’lam.

**
**
Keasikan jalan-jalan di Pati menggunakan Jip, kami sampai lupa waktu. Saat masuk kembali ke Kota, sudah lepas maghrib sekitar pukul enam sore. Jalanan mulai gelap dan suasana kota Pati di malam hari cukup ramai. Sebelum kembali ke Kantor Dinbudpar, kami mampir sejenak ke Rumah Dinas Kepala Bakorwil yang merupakan bekas rumah dinas Residen. Karesidenan Pati sendiri saat itu membawahi Pati, Kudus, Jepara, Rembang, dan Blora. 
 
Bangunan itu berada diruas Jalan P. Sudirman. Dilengkapi dengan sebuah danau didepannya, tampak bahwa gedung itu sangat luas. Pilar-pilar kolom romawi yang artistik, dipadu dengan daun pintu dan jendela yang tinggi. Menakjubkan. Saya lihat gedung itu sangatlah besar. “Bangunan ini memang yang terluas daripada gedung Residen lain di Jawa Tengah. Selain itu, ada juga sebuah ruangan yang dahulu pernah digunakan Presiden Soekarno saat menginap disini. Dalam waktu dekat lokasi ini akan dikembangkan sebagai tempat wisata cagar budaya”. Jelas Pak Wiyadi. Ruangan itu sedang direnovasi dan pada bagian depannya tertempel foto sang Presiden.
 
Meski sudah lelah, saya salut dengan Pak Wiyadi yang masih membujuk saya untuk mengunjungi bagian belakang gedung Residen. Ada sebuah teras luas dengan koleksi beberapa foto serta tegel traso yang unik. Tempat tersebut menghadap kepada sebuah bagian tamandimana dahulu digunakan sebagai kandang kereta kuda. Amazing!

Kunjungan kami ke eks. Rumah Residen tadi menjadi akhir dari petualangan kami bersama Pati American Jeep. Seru, kan? Mengunjungi Pati dalam satu hari, jelas belum cukup. Masih banyak tempat wisata lain yang tidak sempat kami kunjungi karena keterbatasan waktu. Tertarik untuk berpetualang seperti kami? Informasi singkat yang saya dapatkan, ada beberapa paket wisata Jeep Adventure mulai dari 400 ribu rupiah per empat orang per satu jip.

Ke Pati, yuk!

Informasi Paket Wisata Jeep
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Pati
Jl. P. Sudirman 12, Pati
Telepon (0295) 385457
CP : Pak Wiyadi



Foto lainnya :

Gapura Majapahit. Merupakan salah satu Benda Cagar Budaya di Pati yang diyakini berasal dari pusat kerajaan Majapahit di Mojokerto. Konon saat itu gapura ini hendak dibawa ke Muria (Kudus) dan terjadi fragmen pertempuran didaerah itu sehingga gapura tertinggal di Pati. Konstruksi menggunakan kayu jati. Atap sirap sudah diganti dengan genteng. Kondisi baik. Lokasi di kampung Rondole, Pati.



Makam Nyi Ageng Serang. Salah satu daya tarik wisata spiritual

Sunset cantik tertangkap kamera saya di daerah Tambakromo.


4 comments:

  1. @iJev : Yup. Kamu harus coba ya kapan2 :D

    ReplyDelete
  2. Makam Nyai Ageng Serang ? Kalo yang di Magelang arah Sendang Sono itu juga makam Nyai Ageng Serang ?

    Gapura Majapahit . Kerajaan yang paling saya kagumi karena kebesarannya ! Sayang lokasi bekas kerajaannya belum ditemukan pastinya . Dan ini ada Gapura Majapahit ... Mantaaap sekali ! Kita bisa melihat sebagian kecil peninggalan kerajaan Msjapahit

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pak Pesulap Asmudi ; saya koreksi pak. Yang benar makam yang di Pati adalah Nyi Ageng Ngerang. Makasih :D

      Untuk Gapura Majapahit saya cantumkan keterangannya..

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...