Siang
ini saya dan Ryan, Gusta, Ake Ru dan Mameth akan mengunjungi sebuah rumah makan
legendaris di Borobudur, Magelang. Tapi sebelum menuju kesana, kami akan
foto-foto dulu di Rumah Dinas Bupati Magelang (regentwoning) dan jembatan lama
Kali Progo (burg over Progo naar Boroboedoer) dan juga meng-unclocked gardu
kuno yang disebut dengan Gardu Diponegoro. Haha! Kami memang suka bercanda
dengan bahasa Belanda sejak bergabung dengan Komunitas Kota Toea Magelang (KTM)
dan hobbi mendiskusikan foto-foto lama dengan caption-nya yang unik-unik. Here
we are!
Siang
yang panas, dan jam di pergelangan tangan saya menunjuk mendekati pukul sebelas
siang. “Nanti keburu ramai” ujar Ake Ru. Dan kami pun secara beriringan menuju
ke tempat tujuan kami. Lokasinya ada di Desa Kembanglimus Kecamatan Borobudur. Dari
arah Borobudur hanya sekira 3 Km saja ke arah Salaman/Purworejo dan warung ini
berada tepat dipinggir jalan bersebelahan dengan SDN Kembanglimus.
Benar
saja, rumah makan kecil ini sesiang ini
sudah tampak ramai. Kami langsung menuju ke meja yang ada di belakang yang
merupakan satu-satunya meja dengan konsep lesehan. “Kepala dua, daging tiga dan
lima es teh” pesan saya kepada ibu penjual. Terlihat sang ibu mengambil daging
beong yang telah dipotong-potong per-ekornya menjadi tiga bagian. kepala, badan
dan ekor. Potongan-potongan itu ditaruh dalam sebuah panci putih besar dengan
kuah yang memerah.
Beong
sejatinya merupakan ikan endemik air tawar yang hidup di Kali Progo. Melihat dari
bentuknya, ikan ini masih satu spesies dengan lele (atau) patin (?). Kabar
baiknya, beong yang menjadi salah satu sajian khas Magelang ini rupanya sudah
mulai dibudidayakan baik dalam skala kecil maupun dibudidayakan dalam
waduk-waduk. Satu ekor beong siap konsumsi besarnya bisa sekitar satu lengan
orang dewasa. Di Rumah Makan Sehati ini, sajian spesialnya adalah ‘ndas’ atau
kepala beong. Saking besarnya, satu kepala beong ini memenuhi hingga sepiring
penuh.
Ikan
beong dimasak dengan bumbu mangut dan memiliki citarasa pedas yang luar biasa. Lihat
saja, lumuran kuah berbahan rempah-rempah yang membanjiri potongan beong itu
bercampur dengan cabai rawit. Rasa-rasanya, mulut ingin segera memakannya.
Begitu masuk mulut, huaaah! rasa pedasnya langsung nendang. Bumbu mangut yang
lezat dengan suasana pedas membuat nasi menjadi cepat habis berubah menjadi
buliran keringat yang mengucur deras. Untuk mengurangi rasa pedas, bisa diselingi
dengan memakan urap yang sudah disediakan.
Untuk
harga masih terbilang murah. Satu porsi beong dihargai Rp. 10.000 rupiah belum
termasuk nasi dan minum. Jadi, kamu sedang berada di Magelang? Atau kamu
penyuka pedas yang punya rencana ke Borobudur? Atau kamu sedang punya rencana
berlibur ke Magelang? Jangan lupa mampir, ya!
Warung
Makan Sehati (RM. Beong)
Selera
Pedas
Jl.
Diponegoro Km. 3
Kembanglimus,
Borobudur
Magelang
Tulisan ini direpost untuk meramaikan Lomba Blog Jateng 2015 dengan tema Kuliner Jawa Tengah yang diadakan Dinbudpar Provinsi Jawa Tengah. Yuk, ikutan lombanya, dan menangkan hadiah menarik serta kesempatan trip seperti saya ini Trip Pati, Trip Rembang :). Informasinya silakan dilihat pada gambar dibawah ini.
Tulisan ini direpost untuk meramaikan Lomba Blog Jateng 2015 dengan tema Kuliner Jawa Tengah yang diadakan Dinbudpar Provinsi Jawa Tengah. Yuk, ikutan lombanya, dan menangkan hadiah menarik serta kesempatan trip seperti saya ini Trip Pati, Trip Rembang :). Informasinya silakan dilihat pada gambar dibawah ini.
aku bacanya pertama2 td, si Meong :D... oke...trnyata ini ikan ;p Pernah dgr sih mas di borobudur katanya ada mknan enak.. tp blm prnh nyobain :) Baca reviewnya jd pgn, aku suka makanan pedes gitu... BTW itu spanduknya ada tulisan pembayaran sistem syariah, piye mksdnya :D?
ReplyDeleteHaha.. artinya, meong yang dibayar pake uang syariah :D
DeleteIya, mbak. Harus nyoba kalau pas ke Magelang/Borobudur. Itu yg dispanduk, iklan doang sih.. Pembayaran semacam kredit gitu pakai syariah :D
Thanks sudah berkunjung