Wednesday, May 20, 2015

Si Beong Yang Legendaris



Siang ini saya dan Ryan, Gusta, Ake Ru dan Mameth akan mengunjungi sebuah rumah makan legendaris di Borobudur, Magelang. Tapi sebelum menuju kesana, kami akan foto-foto dulu di Rumah Dinas Bupati Magelang (regentwoning) dan jembatan lama Kali Progo (burg over Progo naar Boroboedoer) dan juga meng-unclocked gardu kuno yang disebut dengan Gardu Diponegoro. Haha! Kami memang suka bercanda dengan bahasa Belanda sejak bergabung dengan Komunitas Kota Toea Magelang (KTM) dan hobbi mendiskusikan foto-foto lama dengan caption-nya yang unik-unik. Here we are!







Siang yang panas, dan jam di pergelangan tangan saya menunjuk mendekati pukul sebelas siang. “Nanti keburu ramai” ujar Ake Ru. Dan kami pun secara beriringan menuju ke tempat tujuan kami. Lokasinya ada di Desa Kembanglimus Kecamatan Borobudur. Dari arah Borobudur hanya sekira 3 Km saja ke arah Salaman/Purworejo dan warung ini berada tepat dipinggir jalan bersebelahan dengan SDN Kembanglimus.

Benar saja, rumah makan  kecil ini sesiang ini sudah tampak ramai. Kami langsung menuju ke meja yang ada di belakang yang merupakan satu-satunya meja dengan konsep lesehan. “Kepala dua, daging tiga dan lima es teh” pesan saya kepada ibu penjual. Terlihat sang ibu mengambil daging beong yang telah dipotong-potong per-ekornya menjadi tiga bagian. kepala, badan dan ekor. Potongan-potongan itu ditaruh dalam sebuah panci putih besar dengan kuah yang memerah.

Beong sejatinya merupakan ikan endemik air tawar yang hidup di Kali Progo. Melihat dari bentuknya, ikan ini masih satu spesies dengan lele (atau) patin (?). Kabar baiknya, beong yang menjadi salah satu sajian khas Magelang ini rupanya sudah mulai dibudidayakan baik dalam skala kecil maupun dibudidayakan dalam waduk-waduk. Satu ekor beong siap konsumsi besarnya bisa sekitar satu lengan orang dewasa. Di Rumah Makan Sehati ini, sajian spesialnya adalah ‘ndas’ atau kepala beong. Saking besarnya, satu kepala beong ini memenuhi hingga sepiring penuh.
 
Ikan beong dimasak dengan bumbu mangut dan memiliki citarasa pedas yang luar biasa. Lihat saja, lumuran kuah berbahan rempah-rempah yang membanjiri potongan beong itu bercampur dengan cabai rawit. Rasa-rasanya, mulut ingin segera memakannya. Begitu masuk mulut, huaaah! rasa pedasnya langsung nendang. Bumbu mangut yang lezat dengan suasana pedas membuat nasi menjadi cepat habis berubah menjadi buliran keringat yang mengucur deras. Untuk mengurangi rasa pedas, bisa diselingi dengan memakan urap yang sudah disediakan.
 
Untuk harga masih terbilang murah. Satu porsi beong dihargai Rp. 10.000 rupiah belum termasuk nasi dan minum. Jadi, kamu sedang berada di Magelang? Atau kamu penyuka pedas yang punya rencana ke Borobudur? Atau kamu sedang punya rencana berlibur ke Magelang? Jangan lupa mampir, ya!

Warung Makan Sehati (RM. Beong)
Selera Pedas
Jl. Diponegoro Km. 3
Kembanglimus, Borobudur
Magelang

Tulisan ini direpost untuk meramaikan Lomba Blog Jateng 2015 dengan tema Kuliner Jawa Tengah yang diadakan Dinbudpar Provinsi Jawa Tengah. Yuk, ikutan lombanya, dan menangkan hadiah menarik serta kesempatan trip seperti saya ini Trip Pati, Trip Rembang :). Informasinya silakan dilihat pada gambar dibawah ini.

2 comments:

  1. aku bacanya pertama2 td, si Meong :D... oke...trnyata ini ikan ;p Pernah dgr sih mas di borobudur katanya ada mknan enak.. tp blm prnh nyobain :) Baca reviewnya jd pgn, aku suka makanan pedes gitu... BTW itu spanduknya ada tulisan pembayaran sistem syariah, piye mksdnya :D?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha.. artinya, meong yang dibayar pake uang syariah :D

      Iya, mbak. Harus nyoba kalau pas ke Magelang/Borobudur. Itu yg dispanduk, iklan doang sih.. Pembayaran semacam kredit gitu pakai syariah :D

      Thanks sudah berkunjung

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...