Thursday, December 18, 2014

Dolan Singkat ke Museum Isdiman/ Monumen Palagan Ambarawa


Beberapa waktu terakhir saya jarang sekali menulis. Kira –kira ada beberapa faktor penyebabnya. Satu, karena akhir-akhir ini kesibukan saya bertambah banyak, dan kesempatan jalan-jalan yang kian menipis. Layaknya uang di dompet. Kemudian, ditambah dengan kesibukan saya mempersiapkan pernikahan saya Januari nanti. Tugas-tugas dari kantor yang berjubel sukses menyita waktu saya. Pekerjaan dikantor tiap akhir tahun memang selalu begini.

Awal tahun nanti, saya belum terpikir untuk kembali traveling. Boro-boro, uang untuk persiapan nikah aja saya mepet sekali. Nanti lah, habis acara selesai, saya akan kembali traveling bersama istri :D yey!

Beberapa waktu lalu, tepatnya di salah satu hari Sabtu di bulan September, saya mengiyakan ajakan kawan saya, Iwan untuk mengunjungi Museum Isdiman di kawasan Monumen Palagan Ambarawa. Sudah hampir empat tahun saya menetap di Kabupaten Surga Jawa Tengah ini dan baru saat itu saya bisa melihat sendiri betapa menariknya tempat itu.

Terletak di jalur utama Jogja-Semarang, tidak jauh dari Terminal, Museum Kereta, dan Pasar Ambarawa, lokasi wisata yang dikelola oleh Pemkab Semarang ini tertata cukup apik. Beberapa waktu sebelumnya sudah direnovasi. Setelah memarkir motor, kami lalu membayar tiket masuk empat ribu rupiah per orangnya. Disamping kiri begitu kami masuk, sebuah rumah terpampang dengan sebuah tulisan besar, MUSEUM ISDIMAN. Siapa yang tidak kenal Isdiman? Seorang pahlawan yang gugur di kawasan Ambarawa ini namanya diabadikan sebagai nama museum ini. Juga sebagai nama SD di kawasan Desa Klurahan, Kecamatan Jambu. Lengkap dengan tugu peringatan.
 
Rumah berarsitektur Jawa ini menyimpan koleksi yang cukup lengkap. Diantaranya senjata-senjata, topi baja, seragam dan masih banyak lagi. Senjata api tertata rapi mulai dari pistol hingga machine gun dengan bentuk yang lumayan besar. Iwan teman saya yang menyukai hal-hal kemiliteran, dengan semangat menjelaskan kepada saya fungsi-fungsi alat tersebut. Salah satu yang membuat saya terkagum adalah anti-tank. Alat besar itu sangat berat dan dahulu digerakkan dengan manual. Ck ck..
 
Pada satu sisi tembok dalam, berderet rapi foto beberapa tokoh yang gugur seperti Kolonel Isdiman sendiri, Mayor Soeyoto, dan lainnya lupa. Mayor Soeyoto sendiri merupakan seorang tentara yang gugur di kawasan Lemahabang, Kelurahan Bergaslor yang merupakan kantor saya. Waktu itu, merupakan usulan saya untuk mengabadikan namanya hingga kini disepakati nama Mayor Soeyoto untuk jalan raya Lemahbang hingga Bandungan.
 
Museum dengan satu ruang ini tidak begitu luas. Kami langsung keluar dan menemukan sebuah lokomotif uap lengkap dengan gerbong kayu. Lokomotif uap ini dengan mudah dijumpai di Museum Kereta Ambarawa, justru gerbongnya lah yang membuat saya penasaran. Masih cukup utuh. Saya langsung beranjak untuk memasukinya. Wow! Pikiran saya langsung tertuju sekitar satu abad yang lalu. Model kursinya memanjang depan belakang, denan konfigurasi yang aneh menurut saya. Jendela tetap terbuat dari kayu dan dibuka dengan sistem buka naik-turun. Saya jadi terbayang saat-saat gerbong seperti ini mendaki bukit Bedono dalam lajur rel gerigi untuk menuju  Magelang kala itu. Dengan kecepatan yang hanya 10km per jam. Wonderful!
Disampig kereta itu, teronggok dua buah truk. Pada beberapa bagiannya tampak lobang dengan diameter sekitar satu centimeter. Iwan menjelaskan kepada saya bahwa truk-truk besi tersebut pada waktu itu pasti terlibat pertempuran sengit hingga tertembak beberapa kali.
 

Selain koleksi itu, kami juga menjumpai bekas Tank, dan satu yang menjadi ikonik, adalah bekas pesawat tempur pem-bom. Di sayapnya tertera bendera Belanda. Menurut informasi yang saya dapatkan, pesawat ini jatuh tertembak oleh para pejuang kemerdekaan. Bangkai pesawat itu jatuh di daerah Tugumuda Semarang.
 
Akhirnya, kunjungan singkat ini terasa sangat bermanfaat bagi saya. Sejarah memang menarik. Berkahnya bisa kita jadikan acuan untuk menuju masa depan. :)


Foto-foto : Hp IWAN.

Credit :

Museum Isdiman/ Monumen Palagan Ambarawa
Jl. MGR Soegijapranata 
AMBARAWA
KABUPATEN SEMARANG

10 comments:

  1. setuju sama statemen nyamas. "sejarah memang menarik" dan bisa kita jadikan acuan untuk masa depan.

    ReplyDelete
  2. IJeverson
    Oke sudah di folback. Terimakasih kunjungannyaa ;)

    ReplyDelete
  3. mbah, iku marking pesawat P51nya rada ngawur. Roundelnya pake punya Prancis ......

    ReplyDelete
  4. MazTommy :
    Wah saya aslinya kurang paham mas tentang pesawat. hehehe.. Itu kata Iwan cocor merah :D

    ReplyDelete
  5. Matur nuwun ulasan berbagai museumnya mas. Saya dan suami bermaksud liburan ke Ambarawa, eehh malah ketemu tonggo dewe pas googling :D

    Salam kenal dari Megelang juga :)
    Monggo mampir ke blog saya: dianisnawati.blogspot.com

    ReplyDelete
  6. @ Dian : Hehehe.. sukurlah. Saya sendiri tinggal di Ungaran.

    Oke salam kenal dan selamat berliburan :D

    ReplyDelete
  7. artikelnya menarik mas saya orang daerah sana malah baru sekali kesana haha

    ReplyDelete
  8. Mas Hamid Anwar
    Terima kasih atas artikelnya. Mohon kalau ada informasi tertulis lain mengenai Mayor Soeyoto,bisa dishare ke saya.

    Saya salah satu keponakan Mayor Soeyoto. Pasangan (Eyang) Hardowikromo - (Eyang) Fatimah berputrakan 3 orang :
    1. Soejoto
    2. Goenawan
    3. Soekarsih.
    Saya putra kedua dari Ibu Soekarsih.

    Mohon kalau ada informasi lain, bisa menghubungi saya via email : heruprabowo99@gmail.com

    Matur nuwun.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih apresiasinya. Tinggal dimana, bapak sekarang?
      Waktu itu saya mengusulkan menggunakan nama Mayor Soeyoto utk mengganti nama ruas jalan Lemahbang - Bandungan. Alhamdulillah usulan disetujui. Sementara baru itu yang saya tahu. Karena saya juga pendatang jadi kurang tahu banyak..

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...