Malam minggu itu saya melaju ke Jogja. Kota tetangga yang bisa
saya tempuh 35 menit saja dari rumah dengan kecepatan 1000 km per minggu. Jam tujuh
saya janjian sama temen saya Hanna untuk nonton film aksi terakhirnya Jackie Chan
yang udah umur 58 tahun sekarang. Skip skip skip, akhirnya kami sampai di
Empire XXI. That’s my first time to be here, dude! Dan itu ternyata bioskop
dengan 6 theater! Ini keren kawan! Sial banget, tiketnya udah habis baik yang
3D maupun yang 2D untuk jadwal jam 7 malam.
7pm
Capcuuus menuju ke Studio 21 Amplaz. Dan sodara sodaraaa..
tralalaaaa.. Jumat sebelumnya saya lihat jadwalnya di harian Suara Merdeka kalo
filem ini tayang di 21 Jogja. Eh ternyata tergeser sama film baru lokal
berjudul Sang Pialang. Yasudah lah dengan perasaan galau dan lemas kami kembali
ke parkiran dan back ke Empire XXI (lagi). Beli tiket untuk yang jam 10 malem. Udahlah,
udah sampe Jogja juga!
8pm
Karena saya udah beliin tiket si Hanna, dia saya minta untuk
membayari saya makan. So, kita kembali keluar parkiran dan makan di daerah mana
nggak gitu hafal. Pinggiran rel kereta dengan menu oseng oseng mercon! Daging sapi
pedas sementara hujan deras! It’s a good combination, ye ah?
9.30 pm
Yes! We back (again) to Empire. Pipis pipis dulu biar entar nggak
ngampet di dalem. Ini intermezzo kepanjangan banget yah! Stopp!!!
Film ini di produseri, di sutradarai, di tulis skriptnya, dan
dibintangin pula sama JC. Berkisah tentang patung patung kepala dari
perunggu yang jadi buruan para kolektor barang langka. Harga di pasar lelang
melambung tinggi. MP, sebuah perusahaan lelang terkemuka mempekerjakan JC dan
timnya untuk mengumpulkan kedua belas patung itu. Sampai pada akhirnya
bertemulah JC dan timnya dengan Katherine dan Coco dari sebuah yayasan perlindungan
benda benda sejarah.
Perburuan pun dimulai. Lalu bagaimanakah? Apakah mereka sanggup
mengumpulkan bola naga patung
kepala perunggu itu?
***
Adegan pembukaan di film ini lumayan segar dan menantang. JC
dengan peralatan baju berroda melaju dengan kecepatan tinggi di jalan jalan
berliku dengan berbagai posisi, tengkurap, miring, berdiri, sampai berjalan di
rolling besi pinggiran jalan.
Sampai pada bagian tengah, didominasi oleh drama drama dan guyonan
yang ‘menurut saya’ kuno. Kurang fresh dengan masa sekarang. Yaaa.. meski tetep
banyak penonton yang ‘terpaksa’ ketawa sih! Adegan adegan JC cukup lucu namun
sayangnya kelucuan kelucuan itu masih menyerempet adegan lucu jaman dulu. Jadi kayak
nggak ada sesuatu yang baru. Untuk urusan laga, JC masih prima juga meski
tampak wajahnya tidak muda lagi.
Film ditutup dengan adegan JC terjun bebas dan terpental pental di
lereng gunung berapi. Adegan yang sedikit mengharukan. Namun, ending film ini
terkesan datar. Tidak ada sesuatu yang unpredictable. Bener bener film yang
panjang dengan gaya lama. Bagi penggemar JC, mungkin ini film yang bisa
mengobati kerinduannya setelah lama tidak melihat aksi JC dalam menjadi peran
utama.
Ini film masih tayang dibioskop, jadi buat yang penasaran, segera
saja nonton! :D
See yah!
No comments:
Post a Comment