Friday, March 20, 2015

Pernah Menonton Layar Tancap?



Layar Tancap. Source : https://alfiansyafril.files.wordpress.com

Sore itu cuara begitu cerah, sebuah tanah lapang yang berada disebelah utara masjid dan makam tampak sudah bersih. Disapu oleh para santri. Sebuah kain putih terpampang menghadap ke kursi penonton yang jumlahnya kira-kira 500 kursi. Separuh untuk laki-laki dan sisanya untuk santri putri. Kain putih itu berukuran sekitar 3 x 6 meter. Terpasang tegak berdiri dengan terikat pada dua buah bambu yang ditancapkan ditanah secara temporer. Saya dan teman-teman yang kala itu masih duduk dibangku SD, kegirangan menanti dimulainya film layar lebar di kampung kami. Meskipun penayangannya masih lama.

Peristiwa itu saya ingat terjadi di kisaran tahun 1997-1999 yang lalu. Sayangnya saya lupa tepatnya kapan. Pondok Pesantren Pabelan yang kebetulan berada tepat didepan rumah saya, saat itu setiap tahunnya selalu memutar film layar tancap. Kegiatan itu merupakan salah satu rangkaian dalam perayaan ulang tahun pesantren yang biasanya jatuh pada bulan Agustus.

Malam itu jarum jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, artinya setengah jam lagi film akan dimulai. Tampak para santri dan pengasuh pondok pesantren sudah duduk dikursinya masing-masing. Kami yang sebagai warga kampung kiri-kanan pondok dipersilahkan menonton dan duduk dikursi (apabila masih tersedia) tapi biasanya kami hanya bisa ikut nonton dengan duduk dibebatuan, atau pagar makam, atau teras gedung pondok. Adapun film-film yang diputar adalah film religi, yang saya ingat adalah film tentang Walisongo, juga film dokumenter tentang Ponpes Pabelan. Tontonan gratis ini biasanya mendapatkan apresiasi yang sangat luar biasa. Maklum saja, saat itu pesawat televisi belum sebanyak sekarang. Keluarga saya juga termasuk yang belum punya TV.

Saya tidak begitu ingat mobil yang membawa peralatan film itu berasal dari mana. Mobilnya seperti mobil model L-300 dengan warna putih. Kalau saya boleh usul, sepertinya mobil itu berasal dari pemerintah. Mungkin Departemen Penerangan. Proyektornya dipasang diatasnya dengan pencahayaan yang listriknya dibantu dengan diesel. Jadi kalau nontonnya dibagian belakang, suara diesel cukup mengganggu. Satu hal lagi yang unik adalah, tata suara nya bukan dipasang dibelakang layar, tapi ada di kanan-kiri dan belakang penonton. Dan speaker yang digunakan adalah layaknya speaker konser yang ditata dengan sistem gantung/tumpuk.
Open theatre at Athena, Yunani. (google)

***
Sayangnya, saya hanya menjumpai film layar tancap di Ponpes Pabelan itu hanya sekitar 2-3 kali saja. Setelah krisis moneter, Pondok sudah tidak lagi memutar film layar tancap. Mungkin alasannya adalah biaya sewa yang mahal, juga karena teknologi TV sudah mulai merambah desa-desa sehingga animo masyarakat mulai berkurang.

Kapan nonton layar tancap lagi?


5 comments:

  1. Thn segitu saya TK ke SD, lumayan nntonnya. Seringnya film laga... Ngangenin si layar

    ReplyDelete
  2. ada sebuah sensasi tersendiri kalau nonton layar tancap.
    meskipun kalah mewash sama bioskop, tapi sensasinya itu cukup ngangenin..

    ReplyDelete
  3. @iJev : Betul, mas. kangen jaman-jaman itu :o

    ReplyDelete
  4. @Jiah : biasanya diputer di lapangan desa ya?

    ReplyDelete
  5. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...