Sumber : minumkopi.com |
Hari masih pagi, saat saya dan beberapa teman
menyengajakan diri bermain ke kampung penghasil kopi, di sekitar Bukit Kelir,
Jambu Kabupaten Semarang beberapa waktu lalu. Kebetulan cuaca tidak begitu
terik, cenderung gerimis. Kami merangsek memasuki salah satu kampung dan
bertemu dengan seorang petani kopi bernama Hari. Dengan ramah, ia menyambut
kami dan mempersilakan kami masuk ke rumahnya.
**
Jalan Raya Ambarawa-Magelang memiliki medan
yang berbukit dan berkelok-kelok. Dengan lebar yang hanya dua lajur, jalur ini
kerap mengalami macet panjang saat ada iring-iringan truk bermuatan yang sulit
didahului oleh kendaraan di belakangnya. Butuh konsentrasi dan kesabaran ekstra
untuk menyetir di daerah ini.
Jika pengendara melewati daerah Bedono hingga
Jambu, maka pemandangan indah perbukitan dan rel bergerigi di kanan jalan dan jurang-jurang
terjal di kiri jalan akan menjadi santapan sepanjang perjalanan. Bagi
pengendara yang santai, tentu hal ini tidak terlalu menjadi masalah. Nah,
pernahkan anda perhatikan kawasan tersebut? Banyak rumah makan, iya, banyak
penjual nangka, iya. Dan mungkin yang belum begitu banyak tahu, disana ada
sentra kopi bernama Kampoeng Kopi Sirap.
Pemerintah Kabupaten Semarang sebagai
pemangku wilayah, beberapa waktu belakangan telah mulai sukses mengangkat
potensi tersebut. Apalagi, kopi dari daerah tersebut terkenal memiliki citarasa
yang unik yang diminati oleh para penikmat kopi, bahkan hingga menembus pasar
internasional.
**
Hari, siang itu tidak terlalu sibuk.
Kebetulan diluar rumah juga sedang hujan. Rumahnya berada di kaki Bukit Kelir
yang berdasarkan salah satu sumber yang saya ketahui, adalah salah satu penghasil
kopi sejak jaman kolonial.
Hari, (tengah) |
Beberapa waktu belakangan, ia bersama masyarakat
setempat tengah menggeluti bisnis kopi. Jika sebelumnya, komoditi kopi di
tempat tinggalnya hanya dipanen sebagai konsumsi rumahan dan skala industri
kecil – rumah tangga, maka sudah lebih dari dua tahun terakhir ia mengaku lebih
fokus terhadap pekerjaan tersebut.
Kini, pemuda-pemuda di kampungnya memilih
menggantungkan hidup dari manisnya biji kopi. Tahapan demi tahapan pengolahan
kopi dilakukan dengan baik demi menjaga kualitas. Terbentuknya kelompok-kelompok
petani kopi, menjadikan warga kian semangat untuk menggenjot produksi, bukan
karena apa – apa, tetapi ternyata permintaan pasar saat ini memang sudah besar.
Salah satu standar pasar ekspor saat ini adalah bentuk biji kopi ose dengan
kandungan air kurang dari 13 %. Nikmatnya kopi kelir telah terbang hingga
Eropa, Timur Tengah dan negara - negara Asia lainnya.
Perbincangan kami dengan Hari, tidak lengkap
rasanya jika belum mencicipi kopi itu sendiri. Maka dengan sigap, Hari telah
memasak air dan menghidangkan kopi produksinya dihadapan kami. Lengkap dengan
kudapan ala ‘ndeso’ yang menggugah selera di sela dinginnya angin pegunungan.
“Rasa kopinya unik, terasa bercampur dengan
cokelat atau moka” ucap Ryan, salah satu teman saya dalam dolan kali ini. Ia
sendiri merupakan ‘ahli’ kopi yang hingga kini sibuk mengurus bisnis KopiPanggilnya di Magelang sana.
Hari pun mengamini pendapat Ryan. Memang
karena faktor geografis yang unik, kopi yang dihasilkan di daerah Kelir ini
memiliki citarasa seakan-akan ada aroma dan rasa cokelat. Maka tidak heran, di pasar
internasional, kopi Kelir sering diistilahkan dengan Java Mocha.
Indonesia, saat ini menjadi eksportir kopi
nomer empat di dunia, setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Komoditi yang bisa
di’jual’ sebagai ikon daerah setempat ini juga telah mendapat perhatian khusus
dari Pemerintah Kabupaten Semarang dengan mengikutsertakannya pada
pameran-pameran produk unggulan di tingkat nasional. Selain itu, unsur kearifan
lokal untuk mempopulerkan nama kopi kelir juga telah diangkat dengan kegiatan
seperti panen raya kopi di Dusun Gertas, Brongkol Jambu yang pada kesempatan
beberapa waktu lalu turut hadir Bupati Semarang, Mundjirin.
“Kami minta petani benar-benar menjaga mutu
kopi kelir yang tergolong super ini. Jadi jika belum matang benar jangan
dipetik,” Ujar Bupati usai secara simbolis memulai panen raya pada kegiatan
tersebut.
*
Nah, bagi anda yang tertarik untuk mencicipi
nikmatnya Kopi Kelir, anda dapat sesekali rehat sejenak jika dalam perjalanan
dari Semarang menuju ke Magelang atau sebaliknya. Salah satu tempat yang mudah
ditemui adalah Rumah Makan Jambu Alas di daerah Kelurahan, Jambu. Selain itu,
di Dusun Sirap sendiri juga telah ada kedai kopi yang berada dekat dengan
kios-kios penjual nangka. Jika memiliki waktu lebih senggang, Kampung Kopi Sirap kini juga tengah bergeliat dengan mengusung tempat wisata kopi. Untuk masalah harga, jangan takut karena nikmatnya
kopi kelir bisa anda cecap dengan harga mulai dari lima ribu rupiah saja
secangkir. Tertarik?
Wow, harga kopinya sangat bersahabat sekali. Pengen banget ke kopi kelir ini :)
ReplyDeleteSalam kenal.
Betul mbak. Murah karena langsung dari petaninya. Tapi rasanya dijamin wooowww.. :D
DeleteSalam kenal juga
ada nama daerah bernama Jambu2 juga, aku pikir ini, ternyata di Malang Jatim juga ada. Dan di Semarang ada juga :) Blm pernah tau nih, TFS ya mas
ReplyDeleteNah, harus coba dong kapan kapan :D
DeleteAmpyang yang mulai hilang. 😂😂
ReplyDeleteDi Bandungan masih gampang ditemuin mbak
Delete