Memiliki
anak kecil, terkadang menjadi hambatan dalam sebuah keluarga untuk piknik.
Kerepotan yang mungkin terbayangkan, membawa peralatan susu, membawa ganti baju
dan diapers, dan lain sebagainya. Padahal saya dan istri sebagai orang tuanya,
yang masih suka gaya hidup anak muda, masih
belum bisa sedewasa itu – untuk tidak berpiknik.
Solusinya,
piknik yang dekat-dekat saja. Dan yang edukatif sehingga anak kecil kita bisa
belajar dari perjalanan yang kita lakukan.
**
“Piknik
yang enak kemana, ya? Yang adem-adem aja”
Tanya
istri saya beberapa waktu silam tatkala kami sedang sibuk masak di dapur.
Kebetulan saat itu hari libur.
“Nggak
banyak pilihan sih, kalau mau ke lereng Gunung, semacam Bandungan tentu
kejauhan kasihan kita punya anak kecil” timpal saya.
“Hutan
wisata Penggaron rekomended nggak ya?”
“Udah
pernah kesana, tempatnya sepi. Kurang pas bawa anak kecil” Jawab saya. “Gimana
kalau ke Taman Djamoe Indonesia?” sambung saya kemudian.
**
Jam
sepuluh pagi, yang sebenarnya sudah menjelang siang, tetapi awan tampaknya
sengaja menutup sinar matahari sehingga suasana masih terbilang teduh. Corolla
tua kami membelok terparkir seorang diri di depan Taman Djamoe Indonesia,
Bergas. Saya lihat suasananya sepi saja seperti dugaan kami. Memang, tempat ini
biasanya ramai jika ada kunjungan dari sekolah sekolah atau instansi yang ingin
mengerti tentang seluk beluk perjamuan dan tanaman obat. Padahal, sebagai
masyarakat biasa nan awam seperti kami pun sebenarnya sangat layak untuk
mengunjungi tempat ini.
Sapuan
pandangan saya sekeliling, tampak para pegawai tengah bersiap-siap untuk
menyambut kami, yang ternyata adalah tamu pertama pada hari itu.
“Silakan
pak. Tiketnya sebelah sini” Sambut mbak-mbak penjaga loket masuk. “Jangan lupa
isi buku tamu, ya pak”
Di
hari biasa, kami harus merogoh kocek murah saja, hanya Rp. 7,500 per kepala.
Sementara di hari libur tinggal tambah saja Rp. 2,500,-.
Museum
dan Taman Jamu ini terletak tidak jauh dari Pasar Karangjati ke arah Bawen.
Tepatnya di Jalan Soekarno Hatta Km 28, Bergas Kidul Kabupaten Semarang,
seberang SMAN 1 Bergas. Jika dari Bawen, maka lokasi ini berada di kanan jalan
setelah Pabrik Jamu Sido Muncul.
Adalah
PT. Nyonya Meneer yang merupakan maestro perjamuan di Indonesia kala itu,
membangun tempat ini. Selain sebagai tempat menampung koleksi pribadi Ibu
Nyonya Meneer, di dalam ruangan museumnya juga memajang aneka pernak pernik
peralatan jamu dari jaman dulu. Bahkan di dalam display display lemari di sana juga bisa dijumpai aneka contoh
bahan jamu yang merupakan tanaman-tanaman obat yang telah dikeringkan.
Puas
membaca riwayat dan melihat-lihat koleksi sang legenda, kami pun beranjak ke
halaman belakang. Halaman belakang ini boleh dibilang adalah menu utama dari
tempat wisata ini. Hamparan luas rumput hijau dengan ratusan jenis tanaman obat
yang siap menyambut kami.
Di areal
seluas kurang lebih 3 hektar tersebut, dilengkapi jalan beraspal untuk berkeliling.
Sejauh mata memandang dan disekeliling kami hanya ada tanaman – tanaman obat.
Namanya pun unik unik. Jangan takut bingung, sebab di masing-masing tanamannya
ada namanya dan juga khasiatnya.
Beberapa
contoh yang unik adalah tanaman soka yang menurut papan informasi khasiatnya
adalah untuk menyembuhkan luka baru. Contohnya jika habis putus cinta, maka
luka yang baru terasa itu akan mudah sembuh dengan memakan tanaman ini.
Kemudian
adalah tanaman prasman yang menurut gambaran saya, adalah sebagai obat busung
lapar. Lho kok bisa? Ya bisa karena tanaman ini bisa dimasak sayur kemudian
disajikan secara prasmanan untuk makan. Laparnya sembuh, kan? Hehehe..
Dan
satu lagi contoh yang tidak kalah unik adalah tanaman pacar tembok. Bisa jadi,
ini merupakan obat yang manjur bagi jomblo akut. Kalau mentog tidak punya
pacar, pacarin aja tembok rumah gebetannya.
**
Siang
itu, anak kami Dayu yang baru beberapa minggu bisa berjalan tampak sangat
sumringah dan senang bisa berjalan jalan diantara hijaunya tetanaman. Setiap
kali melihat bunga, ia langsung memetiknya. Ia juga tertarik dengan beberapa
patung kera yang ada di depan tempat spa. Siang itu, tempat spa ini tutup
sehingga kami yang tidak niat untuk mencoba, menjadi semakin tidak niat.
Lebih ke
belakang lagi, area taman jamu ini juga dilengkapi dengan ruang kaca yang di
sana bisa kami temui beberapa spesies tanaman unik dan memerlukan perawatan
khusus, namun tetap memiliki khasiat penting. Selanjutnya, juga ada sebuah
menara gardu pandang yang dari atas, kami bisa melihat panorama indah
sekeliling. Karena berada di dekat Gunung Ungaran, maka suasana di sini sangat
sejuk, tenang dan damai.
Selain itu, disediakan pula beberapa gasebo yang bisa kita gunakan untuk beristirahat sembari menikmati bekal, bagi yang membawa bekal.
Puas
berkeliling di taman, kami kemudian kembali ke depan dengan harapan bisa
mencoba Es Krim Jamu. Namun sayang, siang itu es krim jamu sedang kosong. Hanya
ada beberapa botol jamu di dalam show
case. Sebagai tombo gelo, akhirnya
kami membeli beberapa potong healthy
yoghurt. Yang merupakan yoghurt buah-buahan yang diolah sedemikian rupa
dengan tambahan jamu-jamuan sehingga siapapun yang mengkonsumsinya, dipastikan
akan semakin sehat.
Nah,
menurut berita, seiring dengan pailitnya perusahaan PT Nyonya Meneer, maka
Taman Djamoe Indonesia (TDI) yang merupakan salah satu asetnya, kini dibeli
oleh PT Sido Muncul yang kebetulan memiliki pabrik tidak jauh dari TDI.
Meskipun
Nyonya Meneer sudah pailit, jasa-jasanya dalam industri jamu nasional tidak boleh
kita lupakan begitu saja. Dan sebagai salah satu produk lokal, sudah selayaknya
kita nguri-uri budaya minum jamu dan
mengolah sendiri obat kita dari tanaman di sekitar kita. Yuk, temukan obatmu di
Taman Djamoe Indonesia!
*Tips
: Datanglah pagi hari atau sore hari, jangan lupa membawa lotion anti nyamuk.
Sejujurnya Taman Djamoe Indonesia ini bagus ya buat wisata edukasi. Sayang kurang peminatnya. Tapi katanya bule-bule banyak yang mampir sini.
ReplyDeleteBerarti TBI ini tetap buka ya, setelah dibeli Sido Muncul.
Iya, selain edukatif, juga sejuk kok.. Adem gitu disana. Buat foto foto juga bagus..
DeleteBetul, tetap buka.
wah ini menarik mas, langka kan ada Taman Djamoe yang mungkin sekalian berfungsi mirip museum kali ya mas. Harus mampir nih kl ke Semarang lagi :)
ReplyDeleteIya dong. Jangan heran kalau tempatnya sepi. Kalau mau rame, situ datang bawa rombongan bis ya :D
Delete