Tuesday, February 12, 2013

Dieng; Dingin yang Menghangatkan


Tika  :
Hari Pertama # Kamis, 7 Februari 2013

Jam tangan saya yang ketinggalan di kost, menunjukkan waktu pukul 18.23. Kereta Api Rajawali sukses mengantar saya ke Stasiun Semarang Tawang dan disambut  Hamid setelah perjalanan 4,5 jam dari Surabaya siang tadi. Saya masih nggak nyadar kalau saya sekarang sudah berada di Semarang! Iya! Semarang yang udah lamaaa banget nggak pernah saya datengin. Tepatnya dua bulan.

Petang ini suasana begitu nyaman. Hingga akhirnya perjalanan bermotor kami terhenti di Jl. Prof Sudharto Ngesrep untuk makan malam. Entah kenapa tiba tiba saya pengen makan sate ayam. Dan dua porsi sate ayam ludes kami lahap dengan 23K idr. Sebelum waktu beranjak malam, kami segera menuju kosan Hamid, mandi, sholat, beli galon air minum, ngobrol – ngobrol dan tidur. Hamid sendiri tidur di kamar kosong sebelah.

Hari Kedua # Jumat, 8 Februari 2013

Hari masih pagi sekali. Mas Hamid membangunkan saya beberapa detik setelah adzan subuh. Selamat pagi Kota Ungaran. Sudah lama saya tidak merasakan dingin seperti ini. Setelah menimba manual dan wudhu dengan menggunakan pancuran manual juga, kami shalat subuh lalu saya tidur lagi sementara dia akhirnya bergelut dengan baju baju kotornya. Sebelum Hamid berangkat ke kantor, dia mengajak saya makan Pecel Bu Sumo yang ada di Jl. Asmara Ungaran, 17K idr!

***
Jam dinding di kamarnya Hamid menunjukkan pukul 11.25 siang. Padahal jam normal baru pukul 11 siang. “Aku pulaang” sapa Hamid menggantikan smsnya selama ini disaat dia pulang kantor. Entah apapun itu, sepertinya mukannya agak heran melihat saya masih bergelut dengan selimut. Sembari menunggu waktu jumatan kami mengobrol sambil tidur tiduran sok akrab gitu lah. :D Begitu Hamid berangkat jumatan, disaat itupula saya mandi!

Akhirnya waktu yang dinanti datang juga. Pukul 13.00 setelah packing kami bersiap untuk perjalanan kami hari ini. Yaa.. Kita mau ke Dieng. Rencana yang beberapa kali tertunda karena ini itu beberapa waktu lalu. Perjalanan dimulai dengan berdoa dan saya tidak begitu paham jalan yang bakal kami lalui. Yang jelas, saya sudah berada di jok belakang motor smash dan perjalanan ini melewati Bandungan. Satu tempat dimana saya pernah dolan kesana waktu itu sama temen temen PKL. Saya baru tahu jalan ke arah Candi Gedong Songo waktu Hamid isi BBM full 17K idr, dan musik di SPBU itu menyetel salah satu lagu favorit saya, Tanjung Mas Ninggal Janji. Huahahahaha.. hingga akhirnya kami melintasi daerah Sumowono, dengan medan naik turun kelak kelok, dan kemudian sampai di Kota Temanggung. Kota kecil yang tenang.. dimana angkot disitu berwarna orange dan menggunakan kode huruf. Sama seperti Len di Surabaya. :D

Cuaca siang ini meskipun tidak hujan, tapi kurang begitu cerah. Di sepanjang perjalanan, Hamid cerita kalau cuaca cerah bakalan bisa terlihat jelas Gunung Sumbing dan Sindoro. Akhirnya kami sampai juga di Kledung. Menurut jadwal, kami bakal istirahat untuk makan siang dan minum kopi di Sindoro Sumbing Coffee House and Trading yang lokasinya berada di sela sela Gunung Sindoro dan Sumbing (Eh, aneh nggak sih pake kata sela sela?). Tapiii.. Hamid sepertinya kebingungan. Sampai muter balik daaan… Nihil! Warung kopi andalannya sudah tidak ada, rata dengan tanah. Nggak tau pindah kemana. Ya sudahlah nggak apa apa meski saya bisa melihat dia kecewa. #Pukpuk mas Hamid, namanya juga hiduuuuppp 

Baru beberapa menit smash membawa kami menuruni kawasan menuju Kertek Wonosobo, rupanya oli rem depan bocor. Dan akhirnya kami berhenti sejenak sementara Hamid uprek membetulkannya. Dan hasilnya, ada salah satu baut yang hilang sehingga kepala smash itu jadi kendor. Sedikit mengganggu konsentrasi.

Alhamdulillah kami sampai juga di Kota Wonosobo, aspal yang basah menandakan sesaat sebelumnya sudah diguyur hujan. Tidak butuh waktu lama, Hamid mengajak saya men-survey bioskop Dieng Cinema. 

Kunjungan di Dieng Cinema saya kupas tersendiri disini

Hari masih mendung ketika kami membelah Kota Wonosobo, melintasi Pasar Induk, kemudian mampir sebentar di Atm BCA dengan antrian sama seperti antri tiket CJR #abaikan! Dan kami terhenti di warung Mie Ongklok Bu Umi. Dua porsi mie Ongklok, satu porsi sate sapi, satu es teh dan satu air putih. Saya tidak begitu menikmati mie ongklok ini. Rasa – rasanya menurut saya tidak jelas mau kemana. Ah, entah apalah itu. Di depan dan belakang saya kelihatannya makan dengan lahap dan sangat menikmati. Ya.. anggap saja ini menjadi yang pertama dan terakhir bagi saya makan mie ongklok. Ingat bagi saya lho! Mungkin anda sekalian lidahnya cocok dengan makanan khas Wonosobo ini. Oya, untuk porsi tadi, dihargai sebesar 23K idr.
 
Pukul 17.15, setelah mampir shalat asar di Masjid Kauman, hati terasa lebih tenang. Perjalanan dilanjutkan dengan menanjak sepanjang Jl. Dieng. Di sebelah kanan jalan ada restoran besar bernama Resto Ongklok, saya langsung bilang “No, Thanks!”

Sebelum keluar kota, full BBM dulu 8K idr dan perjalanan sore ini lancar jaya. Terus menanjak melewati daerah Garung, Kejajar.. di sepanjang jalan saya jumpai bunga bunga warna kuning yang tersebar dijalan hingga sampai daerah Dieng. Itu apakah kantung semar atau apa, tapi kayaknya bukan deh..

Hamid selaluu saja menganggap bukit bukit kecil yang kami jumpai sebagai bukit Sikunir. Sepertinya dia benar benar kepengen lihat golden sunrise sikunir ini! Setengah jam berlalu, saya akhirnya menjadi ragu, sementara kiri kami tebing curam, dan kanan kami jurang yang dalam, kabut sore ini juga menambah ketar ketir. Ah, apakah ini jalan yang benar? Sepertinya di depan sana nggak bakalan ada kehidupan lagi. Hamid sih bilang yakin yakin aja. “sebentar lagi sampai” dari tadi dia ngomong gitu terus padahal saya sudah mulai bosan dan capek.

Tralalaaa… dan kami sampai juga di plang Kawasan Dieng Plateau! Yeeeey!

Tidak jauh dari situ, Hamid menghentikan laju smash dan ohhh.. ternyata kami sudah sampai di penginapan yang sudah di pesen sama Hamid beberapa hari yang lalu. Dieng Pass Homestay! Sebuah kamar yang luas, dengan dua bed ditemani selimut selimut tebal, karpet tebal, seakan akan menyambut kami “Selamat datang dan selamat kedinginan!” 
 
Saya segera tepar diatas kasur dan hawa disini benar benar dingin. Saya tidak pernah merasakannya sebelumnya. Kami pun mandi dengan air hangat dan menunaikan shalat maghrib di mushola sebelah kamar. Malam ini badan benar benar terasa capek. Udara juga sangat dingin sehingga saya selalu pengen bersama selimut ini. Om Agus menyambut kami dengan sangat ramah. Dia bilang kalau kami butuh makan tinggal ke belakang saja ada banyak jualan makanan. Tapii, malam ini kami sudah kenyang. Dan terus terang saja kami merasa sangat cocok berada di kasur ini. Hehehe..

Hari Ketiga # Sabtu, 9 Februari 2013

Alarm hape saya berbunyi pukul 3.45. Rencananya nanti jam 4 kami mau ke Bukit Sikunir dan melihat Golden Sunrise. Tapi apa yang terjadi? Jam 4.10 Hamid memaksa saya bangun sementara saya masih kedinginan. Akhirnya setelah shalat subuh, kami merasa sudah terlalu telat untuk berangkat ke Sikunir. Rombongan lain yang menginap di homestay ini juga tidak berangkat, dan menambah malas saja. Sehingga kami memutuskan untuk tarik selimut hingga nanti pukul 7.00! *Gagal!*

***

Saya sudah mandi! Hamid juga sudah sibuk membeneri kepala smash sedari tadi. Pagi ini, pukul 7.30.. kami mesti segera berangkat untuk berwisata. Ada apa aja sih di Dieng? Saya sih sebagai follower ngikut saja sama mas Hamid. 

Tujuan pertama kami adalah Kompleks Candi Arjuna. Tidak jauh kok dari penginapan. Cukup naik motor 5 menit dan sampai di loket dimana kami diminta membayar 10K idr per orang untuk kompleks candi dan Kawah Sikidang nantinya.

Candi candi ini berdiri begitu gagah ditengah tanah lapang. Beberapa candi disekitarnya tampaknya sudah rubuh dan tidak bisa di rekonstruksi lagi. Ada beberapa pengamen, dan dipagi yang masih sepi ini saya jumpai ibuk ibuk hebat yang terus terusan berlari mengitari candi! Kereeen! 


Sebelum ke tujuan selanjutnya, kami sempatkan untuk sarapan. Satu porsi mie goreng bakso, satu porsi nasi goreng bakso, satu teh manis dan satu air putih menjadi menu kami pagi ini. Nasi goreng pesanan saya rasanya sedikit aneh. Saya hanya mampu menelannya beberapa sendok saja. Hamid juga ternyata tidak begitu cocok. Entah kami yang terlalu manja atau gimana, terus terang lidah kami tidak cocok dengan makanan ini. :( 
 
Beberapa saat sebelum memasuki kawasan Kawah Sikidang, aroma udara sudah terasa bau. Bau belerang rupanya. 
Gerbang Kawah Sikidang
Hamid mengajak saya menikmati Tempe Kemul, salah satu makanan khas Dieng. Tapi saya tidak pengen makan. Sepertinya saya masih shock karena tidak cocok dengan makanan makanan disini. Mungkin hati saya sudah mulai mem – blacklistnya. Hehehe..
 
Untuk menuju ke kawah, kami harus berjalan kaki sekitar 400 meter. Aroma belerang ini mungkin akan mengganggu, tapi tenang, kami bisa membeli masker yang satu bijinya dijual seharga 2 ribu saja. Hamid bercerita tentang seorang putri yang dilamar oleh Pangeran Sikidang. Namun, sang putri menolaknya karena ternyata pangeran Sikidang ini mukanya setengah Kijang. Akhirnya karena takut menolak, sang Putri mensyaratkan pangeran untuk membuat sumur. Disaat pangeran ini membuat sumur, sang Putri mengubur sumur tersebut. Sang pangeran pun bersumpah “saya sumpahin.. nanti anak cucumu akan punya rambut gimbal” Hehehe, cerita yang menurut saya mengada ada.
This is Sikidang Crater!
***

Cukup sudah tidak perlu lama lama kami berada di Kawah Sikidang, kami segera sampai di Dieng Plateau Theater. Siang ini kondisi sepi sekali. Tidak ada antrian penonton. Akhirnya kami diberi kehormatan untuk menonton berdua saja. Hahaha.. bioskop mini dengan kapasitas sekitar 50 tempat duduk, memutar film dokumenter tentang sejarah, dan keindahan Dieng berdurasi 20 menit. Tiketnya murah kok. Hanya 8K idr untuk dua orang.
 
Kami memutuskan untuk menuju ke Museum Kailasa yang terletak bersebelahan dengan Candi Gatotkaca. Eh, eh.. tapiii museum ini ternyata tutup. 
Candi Gatotkaca
Museum Kailasa
 
Yasudah, kamipun akhirnya muter lagi menuju ke Telaga Warna. Berdasarkan peta, tempat ini tidak terlalu jauh dari Dieng Plateau Theater. Benar saja, hanya sekitar 100 meter dari DPT.

Untuk masuk Telaga Warna, kami dikenakan 6K idr per orangnya. Disini pengunjung dapat menikmati hamparan danau berwarna hijau. Warna yang terjadi karena konsentrasi air bercampur belerang sehingga terjadi degradasi warna. (Ini bener apa enggak ya penjelasan teorinya)
Nice view of Warna Lake
Kawasan ini cukup ramai dikunjungi, bahkan saya juga menjumpai wisatawan mancanegara juga lho! 

Tidak terasa, sudah pukul 11.10, itu tandanya kami harus segera kembali ke homestay untuk packing dan check out. 

Tepat tengah hari kami berpamitan dengan om Agus dan istrinya itu, pengelola Dieng Pass. Ohya, bagi yang mau berkunjung ke Dieng dan butuh menginap, tidak ada salahnya mencoba menginap di Dieng Pass Homestay. Tinggal telpon aja atau sms ke 085 291 250 250 atau 085 743 461 555. 

Perjalanan pulang cukup lancar dan terasa sangat cepat. Tidak terasa sudah sampai daerah Garung dan masuk Kota Wonosobo. Pukul 13.15 kami berhenti di Kertek untuk makan siang di Warung Murah Meriah, sebuah warung makan dengan banyak menu sayur dan lauk. Dan sekalian shalat dhuhur di musholla yang disediakan dilantai dua warung tersebut.

Selama perjalanan pulang, kami sempat mampir ngeyup diantaranya di Kantor Kepala Desa Reco, Kota Temanggung, dan Sumowono. Sampai di Bandungan saya mampir untuk membeli kelengkeng 15K idr. Dan 5 jam kemudian kami sampai di kost Hamid dengan selamat! :D

Malam itu juga, saya kembali tidur di kamar Hamid. 

Hari Keempat # Minggu, 10 Februari 2013

Selamat pagi.. sebelum pukul 6, saya dan Hamid sudah ke Indomaret untuk memesan tiket kereta api. Tapi ternyata tidak bisa karena akan digunakan pada hari yang sama. Klik klik internet, akhirnya kami sepakat untuk berangkat ke Stasiun Tawang pukul 6.30. mandi, packing dan we are ready to go! 

Baru jam setengah delapan. Alhamdulillah tiket jurusan Surabaya Pasar Turi masih ada yang sisa untuk jadwal pagi ini jam 8.30. Setelah memesan tiket, kami memutuskan untuk mencari sarapan yang akhirnya kami membeli Soto Surabaya di kawasan Jurnatan. Setengah jam kemudian kami sudah berada kembali di lobi stasiun dan limabelas menit kemudian, saya benar benar harus berpamitan dengan mas Hamid! Maksudnya dengan kota Semarang! Hehehe..

More pics : 



Me and Tempe Kemul


 
Menuju Kompleks Candi Arjuna


Kompleks Candi Arjuna





Dieng Pagi itu

Dieng Pagi ini

Tampak seperti di Eropa. Heheh





Dieng

Dieng Super Lombok

Masker 2Ribu

Sikidang Crater



Layar DPT

 
Hamid - Telaga Warna




Tika - Telaga Warna
Tika - Telaga Warna

 

10 comments:

  1. @Kab Batang : Tetangga gimana mas??? -_-

    ReplyDelete
  2. Kok cuma 600-an ribu ya? Kalau pakai paket tur bisa sampai 2 juta lho. Itu dari Jakarta..

    ReplyDelete
  3. @giewahyudi : iya emang habisnya cuman segitu doang ... ini perhitungan dari Surabaya.. Terus nginepnya 1 malam. Dan akomodasi pakai sepeda motor. Maklum backpacker kantong tipis! :D

    thanks atas kunjungannya

    ReplyDelete
  4. perjalanan asik disertai paket hemaTT beibz...!!


    cerita naik gunung dooonngg...:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kareena : Iya, hemat kan ternyata?? Wadoh! Naik gunung? hmmm.. sek, siapa partnernya ini?? :D

      Delete
  5. Waduh, pantes mas. Setiap saya pulang dari Ajibarang dan lewat Kledung, tak cari2 gak ada yang namanya Sindoro Sumbing Coffee House and Trading. ternyata dah rata dengan tanah. Salam buat temennya dari SBY, kadang saya kangen banget pergi ke SBY jew. 5 Tahun disana rasane dah kayak rumah sendiri.
    #Dimung Pamungkas

    ReplyDelete
  6. @Dimung : Tapi pernah mampir belum mas sebelumnya? Iya, ini salamnya langsung disalam balik sama mbak tika nya :D :D

    Ayo ke surabaya, saya nebeng :D

    ReplyDelete
  7. nama penginapannya apa??

    ReplyDelete
  8. @atas

    Dieng Pass Homestay. Coba dibaca lagi yang teliti ya.. ada nomer telponnya juga kok :)

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...