Tuesday, October 17, 2017

Melepas Penat Sejenak di Watu Gunung



Embung Watu Gunung



Sudah lama ini, kami tidak pergi berenang. Anak saya yang masih kecil, dengan suhu udara di daerah Ungaran ini, termasuk kedinginan, apalagi jika harus nyemplung ke air dingin. Wah langsung kedinginan dia. Suatu saat pernah saya ajak berenang pagi-pagi di Ambarawa, belum ada lima menit dia sudah menggigil.

“Yuk kita besok berenang ke Watu Gunung.. Siang aja, biar Dayu nggak kedinginan..”
Ucap saya ke istri di sela sela masak beberapa waktu lalu.
“Watu Gunung, mana sih?”
“Oh.. Lerep, tapi apa motubanya kuat nanjak?” Istri saya sedikit pesimis dengan motuba saya yang memang apa adanya.

Jam 9 pagi kami berangkat dari rumah menuju Lerep. Di tanjakan Kaligarang dekat dengan sentra rempeyek tumpi, Tika istri saya mulai deg degan, takut mobilnya melorot. Saya juga deg-degan karena baru ini menanjak ekstrim dengan roda empat. Tapi berbekal kekuatan batin, saya pun akhirnya berhasil melibas tanjakan curam tersebut dengan selamat.

Watu Gunung, akhir-akhir ini tengah trend dikalangan pecinta wisata terutama yang hobi foto-foto. Kawasan daerah Desa Lerep ini memang dikonsep oleh Pemerintah Kabupaten setempat sebagai Desa Wisata. Lerep, yang berada di ketinggian memang memiliki udara yang sejuk dan bersih. Darisana, bisa terlihat hamparan kota Ungaran. Dan Watu Gunung ini merupakan salah satu spot wisata yang ada di lereng Gunung Ungaran tersebut.
Jalan masuk

Hari Sabtu (7/10) kemarin, kami masuk dengan tiket per kepala masing-masing Rp. 20,000,-. Cukup mahal untuk ukuran kantong kami. Begitu masuk dan memarkir mobil, kami langsung dihadapkan pada pemandangan pepohonan nang rindang dengan pijakan kaki berupa tatanan bebatuan. Bangunan di sekeliling didominasi model joglo Jawa klasik yang menambah suasana kuno.

Sebuah embung / danau buatan terhampar luas dengan dikelilingi dengan beberapa gasebo sebagai tempat makan yang mana bisa dipesan di resto yang ada. Dari situ, kami mengikuti papan petunjuk menuju kolam renang. Sepanjang jalan ke kolam renang, kami disuguhi pemandangan air-air yang sengaja dialirkan dan ditata seperti sealami mungkin lengkap dengan ikan ikannya. Bunyi bunyian gemericik, suasa yang teduh dan udara yang segar.. Ah tenang sekali dirasakan dalam hati. Hehehe..
Batu-batu buatan yang dibuat seperti asli

Awalnya, lokasi ini merupakan perkebunan yang dianggap kurang potensial, hingga oleh pemilik selanjutnya dibuat semacam taman untuk dikembangkan sebagai lokasi wisata. Semakin berjalannya waktu, akhirnya ditambahlah fasilitas tempat ini dengan beberapa kolam renang.

Kolam renang di Watu Gunung dibuat dengan bentuk yang alami. Dengan tatanan batu-batu dan beberapa dilengkapi air terjun buatan menjadikan suasanya sangat-sangat mirip seperti asli. Bukan buatan.

Kolam renang yang paling besar adalah yang terdalam dan ketika saya cek siang itu, air terasa sangat segar dan tentu saja dingin.
 
“Kasihan anak saya kalau harus nyemplung disini” batin saya.

Akhirnya kami menuju ke kolam renang yang ada di bagian atas. Lebih dangkal, karena dikhususkan untuk anak-anak. Kolamnya pun lebih kecil. Dan untungnya, kolam paling atas yang dipisahkan dengan pendopo joglo ini tidak tertutup rimbunnya pepohonan sehingga airnya terkena sinar matahari langsung. Airnya pun tidak terlalu dingin. Pas untuk anak saya.
Kolam renang yang disusun bertumpuk tumpuk

Siang itu, suasana di Watu Gunung semakin ramai. Rata-rata dari mereka banyak yang tidak berenang tetapi hanya foto-foto. Untuk menujukkan eksistensi di media sosial dan pamer di instagram – pastinya.
Dayu dan Tika

Selanjutnya kami bertiga memutuskan untuk bermain air disitu. Dayu yang sudah lama tidak kami ajak renang tampak sangat antusias bermain air. Meski sebenarnya dia agak menggigil, tetapi jika mau kami sudahi, pasti dia protes. Kami berenang sekira kurang lebih 40 menit. Tidak ingin berlama-lama sih karena membawa bayi.

Setelah membilas diri, kami pun makan bekal yang sudah kami bawa dari rumah di pinggir kolam renang yang memang tempatnya disediakan untuk menaruh barang bawaan.

Hari sudah siang, dan ketika kami bermaksud keluar dari tempat wisata ini, kami justru tertarik untuk melihat-lihat lebih jauh ada apa saja di area ini. Ternyata memang ada beberapa pendopo joglo yang dibuat untuk dapat disewa sebagai tempat pertemuan atau tempat makan. Tampak pula beberapa rumah yang kelihatannya sebentar lagi akan difungsikan sebagai guest house / cottage.
Salah satu bangunan joglo

Kami pun akhirnya memutuskan untuk duduk-duduk di gasebo samping danau buatan yang penuh dengan ikan-ilan. Dan voillaa.. ada ikan super besar mendekat. Ikannya lebih besar dari anak saya. Meski saya agak bergidik melihatnya, tetapi ternyata Dayu malah sangat senang melihat ikan tersebut malah nggak jadi-jadi pulang. Hehehe..

Over all, dengan suasana dan fasilitas yang ada tempat ini ternyata worth it, jika ditukar dengan tiket seharga 20 ribu. Disana kami bisa menikmati suasana alami desa yang hijau, bebas keramaian, dan menghirup udara yang bersih sejuk bisa benar-benar merasakan apa yang disebut kenikmatan haqiqi dalam sebuah rekreasi.


"Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog pesona kabupaten semarang"

6 comments:

  1. Replies
    1. Betul banget, pak. Tapi sesekali worth it lah pak. Kalau sekedar mau santai-santai menghabiskan akhir pekan suasananya dapet banget

      Delete
  2. tempat wisata di ungaran itu ternyata banyak ya... :)

    ReplyDelete
  3. asyik ya buat piknik tipis-tipis hanya jalanannya mendaki bangeeet huhuhu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salah satu daya tarik Desa Lerep. Tertarik untuk mengunjungi tapi takut nanjaknya. Hehehe

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...